Festival
Budaya Melayu Internasional
Kala terik Matahari membakar lembutnya kulit, dan di
belai oleh lembutnya angin berhembus. Senin, 17 Desember 2012 Pembukaan
Festival Budaya melayu dilaksanakan. Jumlah peserta mencapai 13 kabupaten dan
kota seperti Kapuas Hulu, Singkawang, Sanggau, Kayong Utara, Kubu Raya dan
masih banyak lagi. Semangat para peserta, panitia, maupun masyarakat yang hadir
seakan berkobar untuk menyaksikan jalannya acara ini. Terdapat banyak sekali
rangkaian acara yang saya lihat pada buku panduan acara itu seperti dendang lagu Melayu, vocal group lagu
daerah, seni hadrah, tari jepin tradisionil, syair Melayu, berbalas pantun,
merias pengantin Melayu, bela diri silat, adu gasing tradisionil, stand
pameran, pawai budaya dll.
Rabu,
19 Desember 2012 hiruk pikuk orang tampak pada acara itu. Aku datang bersam
teman-teman ku dengan penuh rasa senang dan penuh penasaran entah apa gerangan
yang ada pada acara itu. Terdapat banyak tenda-tenda stand pameran pada Rumah
Melayu. Satu persatu tenda tersebut kami masuki tenda-tenda stand yang ada pada
acara Festival Budaya Melayu Internasional. Satu persatu saya masuki
tenda-tenda tersebut dengan rasa ingin tau apa yang terdapat di dalam
tenda-tenda tersebut. Ternyata tenda-tenda tersebut menampilkan atau memamerkan
berbagai macam barang-barang kebudayaan dari masing-masing daerah baik berupa
foto maupun barang yang masih ada sampai sekarang ini. Gejolak hati semakin mengajak
aku dan teman-temanku untuk lebih tau banyak akan lebih dalam lagi tentang isi
dari perut dalam acara ini.
Setelah
berjalan-jalan mengitari halaman rumah melayu kami pun segera masuk ke dalam
Rumah Melayu untuk menyaksikan kegiatan yang ada di sana. Ternyata kami masuk
di dalam lautan manusia dan kami hanya bisa duduk di kursi paling belakang. Ini
kali pertamanya saya dan teman-teman memasuki Gedung ataupun Rumah Melayu ini.
Suasana di dalam sangat meriah sekali. Orang-orang sangat antusias menyaksikan acara
di dalam rungan itu. Wajar saja sekitar 500 orang penonton yang hadir untuk
menyaksikan acara yang sangat berguna untuk melestarikan budaya melayu ini. Acara
yang berlangsung pada gelapnya malam itu adalah lomba vocal group yang
menyanyikan lagu-lagu berbahasa melayu. Terkadang saya tercengan mendengar apa
yang mereka nyanyikan. Yah terang saja saya tidak mengerti dikarenakan saya
bukan asli orang melayu melainkan berasal dari Pulau Jawa.
Saat
itu kami sedang menyaksikan penampilan Vocal Group dari Kabupaten Kayong Utara.
Jumlah pesertanya 10 orang, 6 orang bernyanyi dan sisanya 4 orang memainkan
alat musik tradisional maupun modern seperti gitar. Seperti akan mendapat
hukuman tembak mati wajah-wajah peserta yang akan tampil itu menunggu akan menampilkan penampilan terbaik mereka.
Hal
aneh pun terjadi pada saat penampilan ibu kota kabupaten kayong Utara
berlangsung. Tiba-tiba kesalahan sound system pun terjadi dan membuat
penampilan mereka pun menjadi tertunda. Semangat yang berkobar seakan berangsur
mulai padam karena kesalahan sound system tersebut. Setelah menunggu beberapa
lama akhirnya panitia pun dapat menyelesaikan masalah tersebut dan melanjutkan
acara tersebut.
Penampilan
vocal group ini terbagi menjadi lagu wajib dan lagu pilihan. Lagu pertama yang
mereka bawakan berjudul “Kopi Pancong”. Penampilan mereka sangat menarik dan
menyuguhkan tontonan yang membuat semua orang berdecak kagum. Mata seakan ingin tertidur mendengar
alunan lagu yang di bawakan oleh peserta.
Selesai
dari lagu pertama yaitu lagu wajib, mereka langsung bersiap untuk melanjutkan
lagu berikutnya yaitu lagu pilihan. Kembali semua di bawakan dengan penuh
semangat dan keindahan. Ketika lagu selesai gemuruh sorak teriakan penonton
membanjiri semua ruangan Rumah Melayu. Juri pun mulai sibuk menarikan pena
mereka untuk menilai hasil dari penampilan yang telah mereka tunjukkan.
Penampilan
selanjutnya ialah peserta yang berasal dari kota Singkawang. Pada penampilan
yang di lakukan peserta dari singkawang berjalan dengan lancar tidak seperti
peserta sebelumnya yang mengalami gangguan teknis.
Tidak
mau kalah dengan peserta lain peserta yang membawa nama singkawang ini
benar-benar menunjukan pertunjukan yang menarik. Semua telinga seakan ingin
ikut bernyanyi mengikuti dengdang melayu yang mereka tampilkan. Tampak wajah
kepuasan terpancar oleh mereka akan hasil yang di tampilkan. Juri harus
berfikir keras menimbang dan memilah mana yang akan menjadi pemenang pada lomba
vocal group ini. Semua peserta menampilkan dengan sesempurna mungkin di mata
juri serta penonton, namun setiap perlombaan pasti ada pemenangnya.
Hari
mulai larut malam dinginnya malam pun mulai terasa dan mengajak aku dan
teman-temanku untuk pulang. Hari ini hatiku dapat tersenyum serta terhibur oleh
pertunjukan acara Festival Budaya Melayu yang ke-7 ini. Acara seperti ini
seharusnya lebih sering lagi dilakukan seing perkembangan zaman dan masuknya
budaya asing yang terus membawa generasi penerus melupakan budaya-budaya yang
ada. Hal ini dimaksudkan agar budaya-budaya yang ada di Indonesia ini khususnya
budaya Melayu dapat terus ada hingga akhir zaman meskipun budaya asing terus
menggeser kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia ini.
Pelestarian Bahasa Melayu
di Kalimantan Barat
Nama Pemateri : Evi Novianti, S. Pd, M. Hum
Suku
Melayu merupakan salah satu suku terbesar di Indonesia setelah Suku Jawa dan
Sunda. Pada
umumnya di Kalimantan Barat mempunyai kaya akan etnis, baik etnis melayu, etnis
dayak, etnis tiong hua dan lain-lain. Berbagai etnis ini juga mempunyai
bermacam ragam bahasa menurut etnis masing-masing. Bahasa melayu merupakan
bahasa yang tidak asing lagi pada telinga kita. Konon bahasa melayu merupakan
bahasa awal orang indonesia. Bahasa melayu tersebar hampir semua di pesisir
sungai Kapuas.
1. Persebaran
Bahasa Melayu
·
Wurm dan Haattori (1984)
Mereka memberikan
gambaran secara geografis persebaran bahasa yang diberi satu nama, yakni bahasa
Melayu Pantai Barat Bornoe (Western Coastal Malay), mengelilingi pantai barat
dari utara ke selatan, dan kemudian persebaran itu masuk menyusuri aliran
Sungai Kapuas hingga Bunut (Nanga Bunut), sepanjang Sungai Melawi hingga
Serawai. Di aliran Sungai Pawan, dari muara hingga Sandai.
·
Collins (1999)
Di barat laut, Melayu
Sambas digunakan sepanjang lembah Sungai Sambas. Di sebelah timur Sambas,
sepanjang Sungai Landak, beberapa kampung penutur bahasa Melayu.
2. Kedudukan
Bahasa Melayu di Kalimantan Barat
·
Bahsa melayu merupakan bahasa pertama
atau bahasa ibu Masayarakat melayu.
·
Bahasa melayu merupakan alat komunikasi
dalam berbagai hal.
3. Alasan
Bahasa Melayu Perlu di Lestarikan
·
Banyak
alasan bahasa ibu di Indonesia yang sudah punah (15 punah, 139 terancam
punah)
·
Masuknya budaya Asing yang menggeser
bahasa ibu
4. Peran
Bahasa Melayu
·
Alat ungkap kebudayaan
·
Identitasa orang melayu
·
Bahasa melayu merupakan mozaik dan harus
dilestarikan
·
Sebagai penghubung antar generasi
5. Upaya
Pelestarian Bahasa Melayu di Kalimantan Barat
·
Pelestarian melalui ranah keluarga
·
Pelestarian melalui ranah pendidikan
·
Pelestarian melalui ranah kemasyarakatan
·
Pelestarian melalui ranah ilmu
pengetahuan
·
Pelestarian melalui ranah politi (UUD
1945 Pasal 36 bag penjelasan)
Kesimpulan
: Keberadaan Bahasa Melayu di Kalimantan Barat harus mndapat perhatian khusus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar