Sabtu, 05 Januari 2013

Ari Yuna Lasnurhadi F01111048



Festival Budaya Melayu Internasional

            Kala terik Matahari membakar lembutnya kulit, dan di belai oleh lembutnya angin berhembus. Senin, 17 Desember 2012 Pembukaan Festival Budaya melayu dilaksanakan. Jumlah peserta mencapai 13 kabupaten dan kota seperti Kapuas Hulu, Singkawang, Sanggau, Kayong Utara, Kubu Raya dan masih banyak lagi. Semangat para peserta, panitia, maupun masyarakat yang hadir seakan berkobar untuk menyaksikan jalannya acara ini. Terdapat banyak sekali rangkaian acara yang saya lihat pada buku panduan acara itu seperti dendang lagu Melayu, vocal group lagu daerah, seni hadrah, tari jepin tradisionil, syair Melayu, berbalas pantun, merias pengantin Melayu, bela diri silat, adu gasing tradisionil, stand pameran, pawai budaya dll.
Rabu, 19 Desember 2012 hiruk pikuk orang tampak pada acara itu. Aku datang bersam teman-teman ku dengan penuh rasa senang dan penuh penasaran entah apa gerangan yang ada pada acara itu. Terdapat banyak tenda-tenda stand pameran pada Rumah Melayu. Satu persatu tenda tersebut kami masuki tenda-tenda stand yang ada pada acara Festival Budaya Melayu Internasional. Satu persatu saya masuki tenda-tenda tersebut dengan rasa ingin tau apa yang terdapat di dalam tenda-tenda tersebut. Ternyata tenda-tenda tersebut menampilkan atau memamerkan berbagai macam barang-barang kebudayaan dari masing-masing daerah baik berupa foto maupun barang yang masih ada sampai sekarang ini. Gejolak hati semakin mengajak aku dan teman-temanku untuk lebih tau banyak akan lebih dalam lagi tentang isi dari perut dalam acara ini.
Setelah berjalan-jalan mengitari halaman rumah melayu kami pun segera masuk ke dalam Rumah Melayu untuk menyaksikan kegiatan yang ada di sana. Ternyata kami masuk di dalam lautan manusia dan kami hanya bisa duduk di kursi paling belakang. Ini kali pertamanya saya dan teman-teman memasuki Gedung ataupun Rumah Melayu ini. Suasana di dalam sangat meriah sekali. Orang-orang sangat antusias menyaksikan acara di dalam rungan itu. Wajar saja sekitar 500 orang penonton yang hadir untuk menyaksikan acara yang sangat berguna untuk melestarikan budaya melayu ini. Acara yang berlangsung pada gelapnya malam itu adalah lomba vocal group yang menyanyikan lagu-lagu berbahasa melayu. Terkadang saya tercengan mendengar apa yang mereka nyanyikan. Yah terang saja saya tidak mengerti dikarenakan saya bukan asli orang melayu melainkan berasal dari Pulau Jawa.
Saat itu kami sedang menyaksikan penampilan Vocal Group dari Kabupaten Kayong Utara. Jumlah pesertanya 10 orang, 6 orang bernyanyi dan sisanya 4 orang memainkan alat musik tradisional maupun modern seperti gitar. Seperti akan mendapat hukuman tembak mati wajah-wajah peserta yang akan tampil itu menunggu akan  menampilkan penampilan terbaik mereka.
Hal aneh pun terjadi pada saat penampilan ibu kota kabupaten kayong Utara berlangsung. Tiba-tiba kesalahan sound system pun terjadi dan membuat penampilan mereka pun menjadi tertunda. Semangat yang berkobar seakan berangsur mulai padam karena kesalahan sound system tersebut. Setelah menunggu beberapa lama akhirnya panitia pun dapat menyelesaikan masalah tersebut dan melanjutkan acara tersebut.
Penampilan vocal group ini terbagi menjadi lagu wajib dan lagu pilihan. Lagu pertama yang mereka bawakan berjudul “Kopi Pancong”. Penampilan mereka sangat menarik dan menyuguhkan tontonan yang membuat semua orang berdecak kagum.           Mata seakan ingin tertidur mendengar alunan lagu yang di bawakan oleh peserta.
Selesai dari lagu pertama yaitu lagu wajib, mereka langsung bersiap untuk melanjutkan lagu berikutnya yaitu lagu pilihan. Kembali semua di bawakan dengan penuh semangat dan keindahan. Ketika lagu selesai gemuruh sorak teriakan penonton membanjiri semua ruangan Rumah Melayu. Juri pun mulai sibuk menarikan pena mereka untuk menilai hasil dari penampilan yang telah mereka tunjukkan.
Penampilan selanjutnya ialah peserta yang berasal dari kota Singkawang. Pada penampilan yang di lakukan peserta dari singkawang berjalan dengan lancar tidak seperti peserta sebelumnya yang mengalami gangguan teknis.
Tidak mau kalah dengan peserta lain peserta yang membawa nama singkawang ini benar-benar menunjukan pertunjukan yang menarik. Semua telinga seakan ingin ikut bernyanyi mengikuti dengdang melayu yang mereka tampilkan. Tampak wajah kepuasan terpancar oleh mereka akan hasil yang di tampilkan. Juri harus berfikir keras menimbang dan memilah mana yang akan menjadi pemenang pada lomba vocal group ini. Semua peserta menampilkan dengan sesempurna mungkin di mata juri serta penonton, namun setiap perlombaan pasti ada pemenangnya.
Hari mulai larut malam dinginnya malam pun mulai terasa dan mengajak aku dan teman-temanku untuk pulang. Hari ini hatiku dapat tersenyum serta terhibur oleh pertunjukan acara Festival Budaya Melayu yang ke-7 ini. Acara seperti ini seharusnya lebih sering lagi dilakukan seing perkembangan zaman dan masuknya budaya asing yang terus membawa generasi penerus melupakan budaya-budaya yang ada. Hal ini dimaksudkan agar budaya-budaya yang ada di Indonesia ini khususnya budaya Melayu dapat terus ada hingga akhir zaman meskipun budaya asing terus menggeser kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia ini.



Pelestarian Bahasa Melayu
di Kalimantan Barat
Nama Pemateri          : Evi Novianti, S. Pd, M. Hum
Suku Melayu merupakan salah satu suku terbesar di Indonesia setelah Suku Jawa dan Sunda. Pada umumnya di Kalimantan Barat mempunyai kaya akan etnis, baik etnis melayu, etnis dayak, etnis tiong hua dan lain-lain. Berbagai etnis ini juga mempunyai bermacam ragam bahasa menurut etnis masing-masing. Bahasa melayu merupakan bahasa yang tidak asing lagi pada telinga kita. Konon bahasa melayu merupakan bahasa awal orang indonesia. Bahasa melayu tersebar hampir semua di pesisir sungai Kapuas.
1.      Persebaran Bahasa Melayu
·         Wurm dan Haattori (1984)
Mereka memberikan gambaran secara geografis persebaran bahasa yang diberi satu nama, yakni bahasa Melayu Pantai Barat Bornoe (Western Coastal Malay), mengelilingi pantai barat dari utara ke selatan, dan kemudian persebaran itu masuk menyusuri aliran Sungai Kapuas hingga Bunut (Nanga Bunut), sepanjang Sungai Melawi hingga Serawai. Di aliran Sungai Pawan, dari muara hingga Sandai.
·         Collins (1999)
Di barat laut, Melayu Sambas digunakan sepanjang lembah Sungai Sambas. Di sebelah timur Sambas, sepanjang Sungai Landak, beberapa kampung penutur bahasa Melayu.
2.      Kedudukan Bahasa Melayu di Kalimantan Barat
·         Bahsa melayu merupakan bahasa pertama atau bahasa ibu Masayarakat melayu.
·         Bahasa melayu merupakan alat komunikasi dalam berbagai hal.
3.      Alasan Bahasa Melayu Perlu di Lestarikan
·         Banyak  alasan bahasa ibu di Indonesia yang sudah punah (15 punah, 139 terancam punah)
·         Masuknya budaya Asing yang menggeser bahasa ibu
4.      Peran Bahasa Melayu
·         Alat ungkap kebudayaan
·         Identitasa orang melayu
·         Bahasa melayu merupakan mozaik dan harus dilestarikan
·         Sebagai penghubung antar generasi
5.      Upaya Pelestarian Bahasa Melayu di Kalimantan Barat
·         Pelestarian melalui ranah keluarga
·         Pelestarian melalui ranah pendidikan
·         Pelestarian melalui ranah kemasyarakatan
·         Pelestarian melalui ranah ilmu pengetahuan
·         Pelestarian melalui ranah politi (UUD 1945 Pasal 36 bag penjelasan)
Kesimpulan : Keberadaan Bahasa Melayu di Kalimantan Barat harus mndapat perhatian khusus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar