FESTIVAL
SENI BUDAYA MELAYU EPISODE TANGKAI SENI HADRAH DAN SEMINAR INTERNASIONAL MELAYU
GEMILANG
Hal
tak biasa terlihat di Rumah Adat Melayu, di halaman depan penuh dengan motor
yang terparkir. Sementara itu di dalam pagar banyak berdiri tenda yang menjual
berbagai macam barang mulai dari makanan, baju, aksesoris, bahkan barang
elktronik pun tersedia disana. Walaupun matahari sudah beristirahat di ufuk
barat dan telah berganti dengan pancaran rembulan tidak mengurungkan niat para
penonton untuk mengunjungi Festival Seni Budaya Melayu yang pada tahun ini
Pontianak menjadi tuan rumah. Festival ini mengangkat tema “Seni Cemerlang
Melayu Gemilang”, yang diselenggarakan oleh Majelis Adat Budaya Melayu pada
tanggal 17 sampai 23 Desember 2012. Festival Seni Budaya Melayu diikuti oleh 13
kota/kabupaten di Kalimantan Barat kecuali Kabupaten Ketapang yang tidak ikut
serta. Beberapa cabang yang dilombakan adalah berbalas pantun, tari melayu, dan
vokal group. Selain itu ada beberapa rangkaian acara seperti seminar,bazaar,
dan lain-lain.
Malam ini tanggal 20 September 2012 ribuan pasang
mata berbondong-bondong menyaksikan
Festival Seni Budaya Melayu. Sesuai dengan jadwal, malam ini akan dilombakan
Tangkai Seni Hadrah pada pukul 19.00 WIB, akan tetapi perlombaan baru dimulai
pukul 20.00 WIB. Masyarakat yang sebelumnya berada di luar mulai masuk ke Rumah
Adat Melayu untuk menyaksikan perlombaan Tangkai Seni Hadrah, termasuk saya dan
teman-teman ketika masuk ke ruangan suasana sangat gaduh dan tidak ada kursi
yang tersedia sehingga kami memutuskan untuk duduk lesehan dibagian depan.
Pertama pembukaan oleh pembawa acara yang sekaligus memberikan beberapa
pengarahan kepada para penonton. Setelah itu pembawa acara memperkenalkan para
dewan juri, yang pertama Syarif Slamet Yusuf Al-Qadrie. Juri kedua Syawaludin
dan terakhir Mu’in. Kemudian para juri menempati singgasana yang telah
disiapkan oleh panitia Festival Seni Budaya Melayu.
Saat
yang ditunggu tiba, penampilan pertama dari DPD Majelis Adat Budaya Melayu
Kabupaten Pontianak. Secara spontan para penonton memberikan tepuk tangan dan
teriakan yang menggemparkan ruangan. Para penari dan tiga pemain rebana
sekaligus penyair keluar dari belakang panggung megah yang dihiasi oleh kilapan
lampu warna-warni. Mereka keluar dengan gagahnya menggunakan baju seragam yang
merupakan perpaduan antara warna kuning emas, orange,biru dan pink. Penampilan peserta
Tangkai Seni Hadrah perwakilan Kabupaten Pontianak sangat memukau para penonton
karena kekompakan dan kreativitas yang diiringi oleh musik yang berbau islami.
Gerakan yang ditampilkan selaras dengan musik dan penuh dengan kejutan salah
satunya menggunakan tongkat. Penampilan ini ditutup dengan tepuk tangan yang
meriah dari para penonton. Giliran selanjutnya nomor urut dua dari DPD Majelis
Adat Budaya Melayu Kabupaten Sekadau akan tetapi peserta agak lama keluar dari
belakang panggung karaena hal teknis akan tetapi tidak menyurutkan antusiasme
penonton untuk memberikan dukungan. Seperti halnya peserta pertama dari
belakang panggung keluar sekumpulan laki-laki dan tiga orang pemain rebana dan
penyair, dengan perpaduan busana hijau dan kuning yang merupakan khas dari
melayu. Peserta kedua tidak seheboh yang pertama karena gerakannya kurang
kompak dan tidak ada hal yang baru, sementara itu syair yang dikumandangkan
lebih berbau kepada budaya melayu berbeda dengan yang pertama lebih islami. Penampilan
ketiga oleh DPD Majelis Adat Budaya Melayu Kabupaten Sambas, ada yang sedikit
berbeda dari penampilan ini karena para penari merupakan kumpulan para wanita
karena penampilan sebelumnya dilakukan oleh kaum adam. Para penari dibalut
dengan busana serba pink dan menggunakan jilbab, para penari terlihat sangat
apik dalam membawakan tarian mereka, gerakan mereka sangat lentik dan ada
beberapa paduan serta hal-hal baru yang berbeda dari peserta lainnya.
Penampilan keempat oleh Majelis Adat Budaya Melayu Kabupaten Melawi akan tetapi
karena malam semakin larut saya bergegas melangkahkan kaki untuk pulang ke
rumah dan mengakhiri kisah ini.
Hari
yang bebeda, hal ini juga merupakan rangkaian dari acara Festival Seni Budaya
Melayu yaitu Seminar Internasional Melayu Gemilang Warisan Kearifan Lokal dan
Pendidiakn Karakter Nusantara tepatnya pada tanggal 21 Desember di Hotel
Orchadz yang terletak di Jalan Perdana seminar ini diikuti oleh tiga negara
yaitu Indonesia, Brunei Darusalam dan Malaysia untuk kali ini Pontianak menjadi
tuan rumah. Panas matahari yang terik kemudian diguyur hujan tidak menyurutkan
niat kami untuk mengikuti seminar ini, kami tiba di hotel pukul jam 14.00 WIB
sehingga terlambat untuk mengikuti seminar di lantai enam karena ruangan sudah
penuh, akhirnya kami memutuskan untuk mengikuti sidang paralel di lantai tiga.
Awalnya sedikit malu untuk memasuki ruangan karena para peserta dari kalangan
yang ahli dibidangnya, kami memutuskan untuk masuk dan duduk di deretan
belakang.
Sidang paralel 7 dimulai pukul 14.45 WIB
dengan moderator Dedy Ari Asfar dan pemakalah empat orang yaitu dari Indonesia,
Brunei Darusalam, dan Malaysia, pemakalah pertama dari Malaysia yaitu Prof.Madya
Dr.Mohd Isa Othman dengan judul Histiografi Melayu Tradisional Negeri
Pengalaman Kedah. Pemakalah kedua dari Brunei Darusalam Pengiran Hajah Mahani
Binti Pengiran H.Ahmad dengan judul Koleksi Bahan Berunai di Luar Negeri.
Pemakalah ketiga dari Indonesia H.Baidillah Riyadi, M.Ag dengan judul Kitab
Qanun Melaka, terakhir Didik M.Nur Haris, Lc.M.Sh. dengan judul Fikih Nikah
Melayu Karya Guru H.Ismail Mundu. Setiap pemakalah diberikan waktu 10 menit
untuk memaparkan materi, hal yang dipaparkan tentang Kedah dengan kebudayaan
melayunya, banyak sekali yang dijelaskan oleh pemakalah tentang daerah itu yang
bisa membuka wawasan kita tentang budaya melayu di negara tetangga. Suasana
ruangan sunyi karena para peserta serius mendengar pemaparan sang pemakalah
akan tetapi karena sang pemakalah datang dari negara tetangga bahasa yang
digunakan agak sedikit kurang dimengerti sehingga kami agak kesulitan dalam
mecerna materi yang disampaikan, karena asik bercerita pemakalah sampai lupa
waktu sehingga harus diingatkan oleh moderator. Pemakalah kedua tidak terlalu
banyak berbicara karena menampilkan sebuah slide film yang berdurasi kurang
lebih 8 menit yang berisi tentang kunjungan mereka ke beberapa daerah di
Kalimantan Barat untuk mengumpulkan bukti tentang kesamaan budaya melayu antara
Malaysia dan Indonesia. Sang ibu hanya sedikit berkomentar mengenai film yang
ia tampilkan selebihnya mempersilakan para peserta untuk melihat sendiri
tayangan tersebut. Setelah pemakalah kedua selesai memaparkan materi kami
beranjak dari kursi untuk meninggalkan ruangan dan bergegas pulang karena kami
telah mendapatkan yang diinginkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar