Selasa, 15 Januari 2013

Devi Oktavianti F01111024




FESTIVAL SENI BUDAYA MELAYU EPISODE TANGKAI SENI HADRAH DAN SEMINAR INTERNASIONAL MELAYU GEMILANG

Hal tak biasa terlihat di Rumah Adat Melayu, di halaman depan penuh dengan motor yang terparkir. Sementara itu di dalam pagar banyak berdiri tenda yang menjual berbagai macam barang mulai dari makanan, baju, aksesoris, bahkan barang elktronik pun tersedia disana. Walaupun matahari sudah beristirahat di ufuk barat dan telah berganti dengan pancaran rembulan tidak mengurungkan niat para penonton untuk mengunjungi Festival Seni Budaya Melayu yang pada tahun ini Pontianak menjadi tuan rumah. Festival ini mengangkat tema “Seni Cemerlang Melayu Gemilang”, yang diselenggarakan oleh Majelis Adat Budaya Melayu pada tanggal 17 sampai 23 Desember 2012. Festival Seni Budaya Melayu diikuti oleh 13 kota/kabupaten di Kalimantan Barat kecuali Kabupaten Ketapang yang tidak ikut serta. Beberapa cabang yang dilombakan adalah berbalas pantun, tari melayu, dan vokal group. Selain itu ada beberapa rangkaian acara seperti seminar,bazaar, dan lain-lain.
Malam  ini tanggal 20 September 2012 ribuan pasang mata berbondong-bondong  menyaksikan Festival Seni Budaya Melayu. Sesuai dengan jadwal, malam ini akan dilombakan Tangkai Seni Hadrah pada pukul 19.00 WIB, akan tetapi perlombaan baru dimulai pukul 20.00 WIB. Masyarakat yang sebelumnya berada di luar mulai masuk ke Rumah Adat Melayu untuk menyaksikan perlombaan Tangkai Seni Hadrah, termasuk saya dan teman-teman ketika masuk ke ruangan suasana sangat gaduh dan tidak ada kursi yang tersedia sehingga kami memutuskan untuk duduk lesehan dibagian depan. Pertama pembukaan oleh pembawa acara yang sekaligus memberikan beberapa pengarahan kepada para penonton. Setelah itu pembawa acara memperkenalkan para dewan juri, yang pertama Syarif Slamet Yusuf Al-Qadrie. Juri kedua Syawaludin dan terakhir Mu’in. Kemudian para juri menempati singgasana yang telah disiapkan oleh panitia Festival Seni Budaya Melayu.
Saat yang ditunggu tiba, penampilan pertama dari DPD Majelis Adat Budaya Melayu Kabupaten Pontianak. Secara spontan para penonton memberikan tepuk tangan dan teriakan yang menggemparkan ruangan. Para penari dan tiga pemain rebana sekaligus penyair keluar dari belakang panggung megah yang dihiasi oleh kilapan lampu warna-warni. Mereka keluar dengan gagahnya menggunakan baju seragam yang merupakan perpaduan antara warna kuning emas, orange,biru dan pink. Penampilan peserta Tangkai Seni Hadrah perwakilan Kabupaten Pontianak sangat memukau para penonton karena kekompakan dan kreativitas yang diiringi oleh musik yang berbau islami. Gerakan yang ditampilkan selaras dengan musik dan penuh dengan kejutan salah satunya menggunakan tongkat. Penampilan ini ditutup dengan tepuk tangan yang meriah dari para penonton. Giliran selanjutnya nomor urut dua dari DPD Majelis Adat Budaya Melayu Kabupaten Sekadau akan tetapi peserta agak lama keluar dari belakang panggung karaena hal teknis akan tetapi tidak menyurutkan antusiasme penonton untuk memberikan dukungan. Seperti halnya peserta pertama dari belakang panggung keluar sekumpulan laki-laki dan tiga orang pemain rebana dan penyair, dengan perpaduan busana hijau dan kuning yang merupakan khas dari melayu. Peserta kedua tidak seheboh yang pertama karena gerakannya kurang kompak dan tidak ada hal yang baru, sementara itu syair yang dikumandangkan lebih berbau kepada budaya melayu berbeda dengan yang pertama lebih islami. Penampilan ketiga oleh DPD Majelis Adat Budaya Melayu Kabupaten Sambas, ada yang sedikit berbeda dari penampilan ini karena para penari merupakan kumpulan para wanita karena penampilan sebelumnya dilakukan oleh kaum adam. Para penari dibalut dengan busana serba pink dan menggunakan jilbab, para penari terlihat sangat apik dalam membawakan tarian mereka, gerakan mereka sangat lentik dan ada beberapa paduan serta hal-hal baru yang berbeda dari peserta lainnya. Penampilan keempat oleh Majelis Adat Budaya Melayu Kabupaten Melawi akan tetapi karena malam semakin larut saya bergegas melangkahkan kaki untuk pulang ke rumah dan mengakhiri kisah ini.
Hari yang bebeda, hal ini juga merupakan rangkaian dari acara Festival Seni Budaya Melayu yaitu Seminar Internasional Melayu Gemilang Warisan Kearifan Lokal dan Pendidiakn Karakter Nusantara tepatnya pada tanggal 21 Desember di Hotel Orchadz yang terletak di Jalan Perdana seminar ini diikuti oleh tiga negara yaitu Indonesia, Brunei Darusalam dan Malaysia untuk kali ini Pontianak menjadi tuan rumah. Panas matahari yang terik kemudian diguyur hujan tidak menyurutkan niat kami untuk mengikuti seminar ini, kami tiba di hotel pukul jam 14.00 WIB sehingga terlambat untuk mengikuti seminar di lantai enam karena ruangan sudah penuh, akhirnya kami memutuskan untuk mengikuti sidang paralel di lantai tiga. Awalnya sedikit malu untuk memasuki ruangan karena para peserta dari kalangan yang ahli dibidangnya, kami memutuskan untuk masuk dan duduk di deretan belakang.
 Sidang paralel 7 dimulai pukul 14.45 WIB dengan moderator Dedy Ari Asfar dan pemakalah empat orang yaitu dari Indonesia, Brunei Darusalam, dan Malaysia, pemakalah pertama dari Malaysia yaitu Prof.Madya Dr.Mohd Isa Othman dengan judul Histiografi Melayu Tradisional Negeri Pengalaman Kedah. Pemakalah kedua dari Brunei Darusalam Pengiran Hajah Mahani Binti Pengiran H.Ahmad dengan judul Koleksi Bahan Berunai di Luar Negeri. Pemakalah ketiga dari Indonesia H.Baidillah Riyadi, M.Ag dengan judul Kitab Qanun Melaka, terakhir Didik M.Nur Haris, Lc.M.Sh. dengan judul Fikih Nikah Melayu Karya Guru H.Ismail Mundu. Setiap pemakalah diberikan waktu 10 menit untuk memaparkan materi, hal yang dipaparkan tentang Kedah dengan kebudayaan melayunya, banyak sekali yang dijelaskan oleh pemakalah tentang daerah itu yang bisa membuka wawasan kita tentang budaya melayu di negara tetangga. Suasana ruangan sunyi karena para peserta serius mendengar pemaparan sang pemakalah akan tetapi karena sang pemakalah datang dari negara tetangga bahasa yang digunakan agak sedikit kurang dimengerti sehingga kami agak kesulitan dalam mecerna materi yang disampaikan, karena asik bercerita pemakalah sampai lupa waktu sehingga harus diingatkan oleh moderator. Pemakalah kedua tidak terlalu banyak berbicara karena menampilkan sebuah slide film yang berdurasi kurang lebih 8 menit yang berisi tentang kunjungan mereka ke beberapa daerah di Kalimantan Barat untuk mengumpulkan bukti tentang kesamaan budaya melayu antara Malaysia dan Indonesia. Sang ibu hanya sedikit berkomentar mengenai film yang ia tampilkan selebihnya mempersilakan para peserta untuk melihat sendiri tayangan tersebut. Setelah pemakalah kedua selesai memaparkan materi kami beranjak dari kursi untuk meninggalkan ruangan dan bergegas pulang karena kami telah mendapatkan yang diinginkan.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar