FESTIVAL SENI BUDAYA MELAYU VIII
TANGKAI SENI HADRAH
PONTIANAK-
Ribuan pengunjung dari berbagai daerah Kalimantan Barat membanjiri Rumah Adat Melayu
Pontianak di Jalan Sutan Syahrir, Kamis malam (20/12) sekitar pukul 18.00 WIB kemarin
untuk menyaksikan Festival Seni Budaya Melayu (FSBM) ke VIII yang diadakan oleh
Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) yang bekerjasama dengan Pusat Penelitian
Kebudayaan Melayu (PPKM) Universitas Tanjungpura Pontianak.
Festival
Seni Budaya Melayu yang diadakan malam tersebut menampilkan pergelaran cabang
perlombaan Seni Hadrah yang pesertanya datang dari 13 kabupaten/kota
se-kalimantan barat. Seni Hadrah merupakan salah satu kesenian islam yang
dibawakan dengan tar dan juga disertai tarian. Pemain tar bernyanyi sambil duduk, melantunkan syair yang
indah berisi shalawat dan pujian kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, iramanya
sangat merdu sehingga dapat membuat hati yang telah beku menjadi cair kembali.
Ribuan
pengunjung dengan menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat berbondong-bondong
memadati areal rumah adat melayu untuk menikmati pertunjukkan Tangkai Seni
Hadrah tersebut. Areal parkir rumah adat melayu dipenuhi oleh kendaraan,
sehingga harus memakan sebagai badan jalan raya untuk dijadikan tempat parkir
yang membuat macet arus lalu lintas. Dan tidak sedikit juga pengunjung yang
datang hanya dengan berjalan kaki.
Suasana
yang amat sangat ramai juga terjadi di dalam rumah adat melayu. Riuhnya
sorak-sorai penonton menambah semarak dalam ruangan tersebut walaupun acara yang
ditunggu belum dimulai. Penontonpun terus bersorak-sorai sambil menunggu
penampilan dari para peserta. Ruangan ini terlihat sangat megah, dengan
tiang-tiang yang menjulang, dinding yang berwarna kuning keemasan dan dihiasi
dengan jendela-jendela besar serta panggung yang besar. Ratusan kursi yang
disediakan panitiapun tidak cukup untuk menampung penonton yang sangat antusias
untuk menyaksikan festival Tangkai Seni Hadrah.
Saya
memilih untuk duduk di lantai, tepat di depan panggung agar dapat leluasa
menyaksikan dan menikmati pertunjukan seni hadrah tersebut, dan lagi pula kursi
yang tersedia telah penuh dengan peserta seni hadrah dan para penonton yang
sangat bersemangat untuk menyaksikan pertunjukan ini. Setelah itu, mulailah
pertunjukkan yang kami tunggu, dengan pembukaan yang diiringi oleh pembawa
acara, kemudian pembawa acara memeperkenalakan para juri tangkai seni hadrah
yang sangat berwibawa. Tangkai seni hadrah terdiri dari tiga juri yaitu Syarif
Slamet Yusuf Al-Kadri, Syawaludin, dan Mu’in. Setelah memperkenalkan juri,
barulah pembawa acara memanggil peserta pertama dari tangkai seni hadrah ini,
peserta pertama merupakan perwakilan dari Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kabupaten
Pontianak tepatnya Mempawah. Dengan sekejap, ruangan tersebut dipenuhi dengan
teriakan dan tapuk tangan yang penonton yang meriah seakan-akan membelah
angkasa.
Perwakilan
dari Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Mempawah membuka pertunjukkannya dengan
terlebih dahulu memberi salam dalam bentuk gerakan badan yang terdiri dari 12 orang
penari remaja putra dan diiringi 3 orang dewasa sebagai pemain tar sekaligus bersyair
yang berumur sekitar 40 tahun ke-atas. Setiap pemain gendang memiliki pukulan
yang berbeda-beda sehingga terciptanya nada yang harmonis dan selaras dengan
syair yang dilantunkan. Kostum yang digunakan dalam pertunjukkan kesenian
hadrah ini menarik perhatian mata yaitu berwarna merah muda dan biru. Para penari
ini selama lebih kurang 15 menit. Penampilan dari perwakilan MABM Mempawah
kurang memuaskan karena gerakannya tidak kompak, dan ada beberapa peserta yang
kelihatan sekali kebingungan dalam melakukan gerakannya.
Peserta kedua merupakan perwakilan
dari Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kabupaten Sekadau. Sama seperti
perwakilan pertama, perwakilan MABM Kabupaten Sekadau ini juga terdiri dari 12
penari remaja putra dan 3 orang pemain tar. Penari MABM Kabupaten Sekadau ini
menggunakan baju perpaduan warna kuning dan hijau. Pertunjukkan dari peserta
kedua ini juga dimulai dengan pemberian salam. Syair yang dilantunkan
mengalun-alun ditelinga, dan tarianpun lebih kompak dari peserta MABM Mempawah.
Dan dipeserta kedua ini juga saya temukan kekurangannya karena menurut saya
penampilan peserta kedua ini sedikit membosankan karena gerakan tariannya tidak
variasi (selalu diulang-ulang).
Peserta ketiga berasal dari perwakilan
Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kabupaten Sambas yang terdiri atas 12 orang
penari remaja putri dan 3 orang pria dewasa sebagai pemain tar. Para penari
menggunakan kerudung
dan baju yang berwarna merah muda. Penampilan peserta ketiga ini semakin
memukau dengan tarian yang lebih bervariasi dan lebih rapi, lentik jari para
penari serta kekompakan tariannya menggambarkan bahwa mereka memang sudah
terlatih. Lebih kurang 15 menit, bergantilah lagi dengan perwakilan dari
Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kabupaten Melawi yang terdiri dari 12 orang
penari remaja putri menggunakan baju merah dan kerudung hitam.
Dan penampilan terakhir yang saya
saksikan merupakan peserta kelima perwakilan dari Majelis Adat Budaya Melayu
(MABM) Kota Pontianak. Sontak suasana dalam ruangan menjadi riuh, bergema
dengan tepuk tangan dan teriakan para penonton yang mendukung perwakilan MABM
Kota Pontianak. Merdu suara para pemain tar, diiringi hentakan tangan membunyikan
tar serentak bagai irama yang menentramkan dunia, panggung seketika menjadi
berkilau bagai mutiara yang indah karena senyuman manis para penari yang cantik
rupawan. Syair yang dilantunkan berisi ajakan untuk para generasi muda untuk
melestarikan budya melayu agar tidak punah. Baju yang digunakan berwarna hijau
muda, sungguh indah. Gerakan para penarinyapun kompak dan lembut. Penari
terdiri atas 12 orang remaja putri dan 3 orang remaja putrid sebagai pemain
tar.
Dari kelima penampilan yang saya
saksikan, saya sangat menyukai pertunjukan dari perwakilan MABM Kota Pontianak.
Dan tidak hanya pertunjukkan dalam rumah adat melayunya saja yang dapat kita
nikmati. FSBM VIII juga dimeriahkan dengan
berbagai pameran dari MABM 13 kabupaten/kota dan kuliner melayu yang digelar di
halaman rumah adat melayu. Kita dapat memanjakan mata kita dengan keindahan
yang dipamerkan dimasing-masing stan kesenian dari derahnya masing-masing. Selain
stan kesenian, ada juga stan makanan, minuman dan pernak-pernik seperti bros,
gantungan kunci, perhiasan dan jam tangan. Dan disebelah kanan rumah adat
melayu, berdiri sebuah panggung yang lumayan besar tetapi belum dipergunakan
pada saat malam itu.
Pertunjukkan seni hadrah ini sungguh
memesona. Untuk kedepannya,
diharapkan lebih banyak lagi
cabang-cabang seni yang diperlombakan, agar budaya kebanggan kita tidak hilang
termakan zaman. Kalau masyarakat menyukai seni dan mengembangkan budaya mereka,
tentu mereka bisa menghindari segala sesuatu yang sifatnya negatif. Itu yang
penting untuk peninggalan generasi muda mendatang. Dan mengembangkan kesenian
ini agar bisa terkenal dan menasional.
SEMINAR
INTERNASIONAL MELAYU GEMILANG
PONTIANAK- Majelis
Adat Budaya Melayu (MABM) Kalimantan Barat 2012 bekerja sama dengan Pusat
Penelitian Kebudayaan Budaya Melayu (PPKBM) dan Universitas Tanjungpura
Pontianak, Jum’at (21/12) pukul 14.30 menggelar Seminar Internasional Melayu
Gemilang dalam rangka Festival Seni Budaya Melayu di Hotel ORCHARDZ, Jalan
Perdana.
Sore itu, saya pergi ke Hotel
Orchardz bersama lima orang sahabat karib saya. Kepergian kami diiringi oleh
isakan tangis bumi. Ternyata sesampainya kami disana, seminar yng diadakan
diruang C lantai 6 telah dimulai dan kursi-kursi telah penuh terisi. Akhirnya
kami menunggu giliran seminar di lantai 3 ruang A dimulai. Tepat pukul 14.30
seminarpun dimulai.
Seminar yang bertemakan Warisan
Kearifan Lokal dan Peendidikan Karakter Nusantara dipandu oleh dsen Bahasa
Indonesia kami yaitu bapak Dedi Ari Asfar sebagai moderator dalam seminar
tersebut. Moderator membuka seminar dengan terlebih dahulu memberi salam dan
memperkenalkan pemakalah serta tata cara dalam pelaksanaan seminar ini.
Moderator memberikan waktu 10 menit kepada masing-masing pemakalah untuk
menyampaikan isi makalahnya.
Pemakalah satu yaitu Prof. Madya
Dr.Mohd Isa Othman dari Pusat Pengajian Pendidikan Jarak Jauh, Universiti Sains,
Malaysia. Beliau membahas tentang histiografi melayu tradisional negeri
pengalaman Kedah Darul Aman. Pemakalah du yaitu Pengiran Hajah Mahani Binti
Pengiran H. Ahmad dari Pusat Sejarah Brunai Negara Brunai Darussalam. Beliau
membahas tentang Koneksi bahan brunai di luar negeri. Pemakalah 3 dan 4 datang
dari Universitas Polytekhnik Pontianak yaitu H. Baidhillah Riyadi, M.Ag. dan
Didik M. Nur Haris, Lc.M.Sh. . Pemakalah tiga membahas tentang corak madzhab
fiqh pada kitab qanun Melaka dan pemakalah empat membahas tentang fikih nikah
melayu karya guru H.Ismail Mundu.
Sementara seminar berlangsung, orang-orang
yang menyaksikan seminar tersebut juga banyak yang tidak fokus, kebanyakan dari
mereka sibuk sendiri dengan urusannya masing-masing, ada yang asik dengan
handphonenya dan juga tenggelam dalam obrolannya masing-masing. Sesaat
kemudian, kamipun meninggalkan hotel tempat berlangsungnya seminar tersebut
masih dengan diiringi isakan tangis bumi.
Tulisan tentang Tangkai Seni Hadrah Bagus cuma ada kata ribuan. Apa benar ribuan? Kecuali sang penulis memverifikasinya dengan bertanya kepada petugas/panitia kegiatan itu sehingga tulisan ini lebih sempurna!
BalasHapusTulisan ke-2 juga oke. Sayang kurang info tentang isi dan diskusi seminar yang berlangsung.