Selasa, 15 Januari 2013

GALUH PUSPITA SARI F01111012



FESTIVAL SENI BUDAYA MELAYU VIII
 TANGKAI SENI HADRAH

PONTIANAK- Ribuan pengunjung dari berbagai daerah Kalimantan Barat membanjiri Rumah Adat Melayu Pontianak di Jalan Sutan Syahrir, Kamis malam (20/12) sekitar pukul 18.00 WIB kemarin untuk menyaksikan Festival Seni Budaya Melayu (FSBM) ke VIII yang diadakan oleh Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) yang bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kebudayaan Melayu (PPKM) Universitas Tanjungpura Pontianak.
Festival Seni Budaya Melayu yang diadakan malam tersebut menampilkan pergelaran cabang perlombaan Seni Hadrah yang pesertanya datang dari 13 kabupaten/kota se-kalimantan barat. Seni Hadrah merupakan salah satu kesenian islam yang dibawakan dengan tar dan juga disertai tarian. Pemain tar  bernyanyi sambil duduk, melantunkan syair yang indah berisi shalawat dan pujian kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, iramanya sangat merdu sehingga dapat membuat hati yang telah beku menjadi cair kembali.
Ribuan pengunjung dengan menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat berbondong-bondong memadati areal rumah adat melayu untuk menikmati pertunjukkan Tangkai Seni Hadrah tersebut. Areal parkir rumah adat melayu dipenuhi oleh kendaraan, sehingga harus memakan sebagai badan jalan raya untuk dijadikan tempat parkir yang membuat macet arus lalu lintas. Dan tidak sedikit juga pengunjung yang datang hanya dengan berjalan kaki.
Suasana yang amat sangat ramai juga terjadi di dalam rumah adat melayu. Riuhnya sorak-sorai penonton menambah semarak dalam ruangan tersebut walaupun acara yang ditunggu belum dimulai. Penontonpun terus bersorak-sorai sambil menunggu penampilan dari para peserta. Ruangan ini terlihat sangat megah, dengan tiang-tiang yang menjulang, dinding yang berwarna kuning keemasan dan dihiasi dengan jendela-jendela besar serta panggung yang besar. Ratusan kursi yang disediakan panitiapun tidak cukup untuk menampung penonton yang sangat antusias untuk menyaksikan festival Tangkai Seni Hadrah.
Saya memilih untuk duduk di lantai, tepat di depan panggung agar dapat leluasa menyaksikan dan menikmati pertunjukan seni hadrah tersebut, dan lagi pula kursi yang tersedia telah penuh dengan peserta seni hadrah dan para penonton yang sangat bersemangat untuk menyaksikan pertunjukan ini. Setelah itu, mulailah pertunjukkan yang kami tunggu, dengan pembukaan yang diiringi oleh pembawa acara, kemudian pembawa acara memeperkenalakan para juri tangkai seni hadrah yang sangat berwibawa. Tangkai seni hadrah terdiri dari tiga juri yaitu Syarif Slamet Yusuf Al-Kadri, Syawaludin, dan Mu’in. Setelah memperkenalkan juri, barulah pembawa acara memanggil peserta pertama dari tangkai seni hadrah ini, peserta pertama merupakan perwakilan dari Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kabupaten Pontianak tepatnya Mempawah. Dengan sekejap, ruangan tersebut dipenuhi dengan teriakan dan tapuk tangan yang penonton yang meriah seakan-akan membelah angkasa.
Perwakilan dari Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Mempawah membuka pertunjukkannya dengan terlebih dahulu memberi salam dalam bentuk gerakan badan yang terdiri dari 12 orang penari remaja putra dan diiringi 3 orang  dewasa sebagai pemain tar sekaligus bersyair yang berumur sekitar 40 tahun ke-atas. Setiap pemain gendang memiliki pukulan yang berbeda-beda sehingga terciptanya nada yang harmonis dan selaras dengan syair yang dilantunkan. Kostum yang digunakan dalam pertunjukkan kesenian hadrah ini menarik perhatian mata yaitu berwarna merah muda dan biru. Para penari ini selama lebih kurang 15 menit. Penampilan dari perwakilan MABM Mempawah kurang memuaskan karena gerakannya tidak kompak, dan ada beberapa peserta yang kelihatan sekali kebingungan dalam melakukan gerakannya.
            Peserta kedua merupakan perwakilan dari Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kabupaten Sekadau. Sama seperti perwakilan pertama, perwakilan MABM Kabupaten Sekadau ini juga terdiri dari 12 penari remaja putra dan 3 orang pemain tar. Penari MABM Kabupaten Sekadau ini menggunakan baju perpaduan warna kuning dan hijau. Pertunjukkan dari peserta kedua ini juga dimulai dengan pemberian salam. Syair yang dilantunkan mengalun-alun ditelinga, dan tarianpun lebih kompak dari peserta MABM Mempawah. Dan dipeserta kedua ini juga saya temukan kekurangannya karena menurut saya penampilan peserta kedua ini sedikit membosankan karena gerakan tariannya tidak variasi (selalu diulang-ulang).
            Peserta ketiga berasal dari perwakilan Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kabupaten Sambas yang terdiri atas 12 orang penari remaja putri dan 3 orang pria dewasa sebagai pemain tar. Para penari menggunakan kerudung dan baju yang berwarna merah muda. Penampilan peserta ketiga ini semakin memukau dengan tarian yang lebih bervariasi dan lebih rapi, lentik jari para penari serta kekompakan tariannya menggambarkan bahwa mereka memang sudah terlatih. Lebih kurang 15 menit, bergantilah lagi dengan perwakilan dari Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kabupaten Melawi yang terdiri dari 12 orang penari remaja putri menggunakan baju merah dan kerudung hitam.
            Dan penampilan terakhir yang saya saksikan merupakan peserta kelima perwakilan dari Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kota Pontianak. Sontak suasana dalam ruangan menjadi riuh, bergema dengan tepuk tangan dan teriakan para penonton yang mendukung perwakilan MABM Kota Pontianak. Merdu suara para pemain tar, diiringi hentakan tangan membunyikan tar serentak bagai irama yang menentramkan dunia, panggung seketika menjadi berkilau bagai mutiara yang indah karena senyuman manis para penari yang cantik rupawan. Syair yang dilantunkan berisi ajakan untuk para generasi muda untuk melestarikan budya melayu agar tidak punah. Baju yang digunakan berwarna hijau muda, sungguh indah. Gerakan para penarinyapun kompak dan lembut. Penari terdiri atas 12 orang remaja putri dan 3 orang remaja putrid sebagai pemain tar.
            Dari kelima penampilan yang saya saksikan, saya sangat menyukai pertunjukan dari perwakilan MABM Kota Pontianak. Dan tidak hanya pertunjukkan dalam rumah adat melayunya saja yang dapat kita nikmati. FSBM VIII juga dimeriahkan dengan berbagai pameran dari MABM 13 kabupaten/kota dan kuliner melayu yang digelar di halaman rumah adat melayu. Kita dapat memanjakan mata kita dengan keindahan yang dipamerkan dimasing-masing stan kesenian dari derahnya masing-masing. Selain stan kesenian, ada juga stan makanan, minuman dan pernak-pernik seperti bros, gantungan kunci, perhiasan dan jam tangan. Dan disebelah kanan rumah adat melayu, berdiri sebuah panggung yang lumayan besar tetapi belum dipergunakan pada saat malam itu.
            Pertunjukkan seni hadrah ini sungguh memesona. Untuk kedepannya,  diharapkan lebih banyak lagi cabang-cabang seni yang diperlombakan, agar budaya kebanggan kita tidak hilang termakan zaman. Kalau masyarakat menyukai seni dan mengembangkan budaya mereka, tentu mereka bisa menghindari segala sesuatu yang sifatnya negatif. Itu yang penting untuk peninggalan generasi muda mendatang. Dan mengembangkan kesenian ini agar bisa terkenal dan menasional.


SEMINAR INTERNASIONAL MELAYU GEMILANG

PONTIANAK- Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kalimantan Barat 2012 bekerja sama dengan Pusat Penelitian Kebudayaan Budaya Melayu (PPKBM) dan Universitas Tanjungpura Pontianak, Jum’at (21/12) pukul 14.30 menggelar Seminar Internasional Melayu Gemilang dalam rangka Festival Seni Budaya Melayu di Hotel ORCHARDZ, Jalan Perdana.
Sore itu, saya pergi ke Hotel Orchardz bersama lima orang sahabat karib saya. Kepergian kami diiringi oleh isakan tangis bumi. Ternyata sesampainya kami disana, seminar yng diadakan diruang C lantai 6 telah dimulai dan kursi-kursi telah penuh terisi. Akhirnya kami menunggu giliran seminar di lantai 3 ruang A dimulai. Tepat pukul 14.30 seminarpun dimulai.
Seminar yang bertemakan Warisan Kearifan Lokal dan Peendidikan Karakter Nusantara dipandu oleh dsen Bahasa Indonesia kami yaitu bapak Dedi Ari Asfar sebagai moderator dalam seminar tersebut. Moderator membuka seminar dengan terlebih dahulu memberi salam dan memperkenalkan pemakalah serta tata cara dalam pelaksanaan seminar ini. Moderator memberikan waktu 10 menit kepada masing-masing pemakalah untuk menyampaikan isi makalahnya.
Pemakalah satu yaitu Prof. Madya Dr.Mohd Isa Othman dari Pusat Pengajian Pendidikan Jarak Jauh, Universiti Sains, Malaysia. Beliau membahas tentang histiografi melayu tradisional negeri pengalaman Kedah Darul Aman. Pemakalah du yaitu Pengiran Hajah Mahani Binti Pengiran H. Ahmad dari Pusat Sejarah Brunai Negara Brunai Darussalam. Beliau membahas tentang Koneksi bahan brunai di luar negeri. Pemakalah 3 dan 4 datang dari Universitas Polytekhnik Pontianak yaitu H. Baidhillah Riyadi, M.Ag. dan Didik M. Nur Haris, Lc.M.Sh. . Pemakalah tiga membahas tentang corak madzhab fiqh pada kitab qanun Melaka dan pemakalah empat membahas tentang fikih nikah melayu karya guru H.Ismail Mundu.
Sementara seminar berlangsung, orang-orang yang menyaksikan seminar tersebut juga banyak yang tidak fokus, kebanyakan dari mereka sibuk sendiri dengan urusannya masing-masing, ada yang asik dengan handphonenya dan juga tenggelam dalam obrolannya masing-masing. Sesaat kemudian, kamipun meninggalkan hotel tempat berlangsungnya seminar tersebut masih dengan diiringi isakan tangis bumi.

1 komentar:

  1. Tulisan tentang Tangkai Seni Hadrah Bagus cuma ada kata ribuan. Apa benar ribuan? Kecuali sang penulis memverifikasinya dengan bertanya kepada petugas/panitia kegiatan itu sehingga tulisan ini lebih sempurna!

    Tulisan ke-2 juga oke. Sayang kurang info tentang isi dan diskusi seminar yang berlangsung.

    BalasHapus