Sabtu, 05 Januari 2013

Nova Muzdalifah F01111044



  Festival Seni Budaya Melayu VIII
Dinginnya angin dan gelapnya malam, serta suara bising kendaraan yang lalu lalang mengiringi perjalananku dan kedua temanku. Si Biru dan si Merah beroda dua mengantarkan kami sampai kesebuah rumah besar. Rumah besar itu adalah Rumah Adat Melayu yang ada di Kota Pontianak. Suasana di rumah tersebut sangat ramai. Kami mulai masuk ke halaman rumah tersebut. Kami memang sengaja datang kesini. Karena disini sedang diadakan Festival Seni Budaya Melayu ( FSBM ) VIII. Kami memulai perjalanan kami dengan mengunjungi beberapa stan yang ada di sebelah kanan Rumah Melayu.
Sambil melihat kekiri dan kekanan, aku dan kedua temanku berjalan. Aku yang sedang asik melihat beberapa handphone yang lucu dari kejauhan, terkejut karena tanganku ditarik oleh teman-temanku. Ternyata mereka mengajakku kearah stan handphone itu. Kami sempat bertanya-tanya tentang handphone itu. Tak berapa lama, aku teringat dengan tujuan awalku datang kesini. Yaitu meliput festival ini. Ya, kami memang bukan wartawan. Kami meliput kegiatan ini untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia yang ditugaskan oleh dosen kami.
Lalu kami kembali berjalan menuju Rumah Adat Melayu. Sesampainya di Rumah Adat Melayu kami melihat tangga yang cukup tinggi dengan rasa malas. Dengan langkah berat, satu persatu kami langkahkan kaki menaiki anak tangga. Ketika diatas, kami melihat banyak orang berlalu-lalang dan terdengar suara yang cukup besar. Kami tidak langsung masuk ke rumah. Kami masih menunggu dua orang teman kami lagi. Kami menunggu mereka di teras rumah. Sekitar lima menit kemudian, teman yang kami tunggu pun datang. Kami masuk ke dalam.
Di dalam tersedia kursi. Akan tetapi kami tidak mendapat kursi tersenbut karena ramainya orang yang ingin menonton lomba. Selain itu, FSBM VIII juga menggelar 14 tangkai (cabang) perlombaan, di antaranya lomba menyanyi Melayu, seni silat, merias pengantin Melayu, rancang motif Melayu, busana Melayu tingkat anak-anak, tari jepin tradisional, upacara adat tepung tawar, syair Melayu, berbalas pantun, vokal grup lagu daerah dan uring gasing, seni hadrah, lomba bertutur, dan lomba sampan bidar.
Aku berkunjung pada hari ketiga yaitu, Rabu, 19 Desember 2012. Ketika itu sedah diadakan lomba vocal grup lagu daerah. Aku fikir aku terlambat. Ternyata tidak, perlombaan baru dimulai sekitar pukul 08.10 dengan penampilan pertama dari daerah Kapuas Hulu. Tim yang pertama menyanyikan lagu wajib yaitu “Kopi Pancong”. Aku mulai menulis coretan tetang lomba ini. Tim pertama terdiri dari empat orang penyanyi dan enam orang pemain alat musik. Mereka mengenakan kostum berwarna hijau. Kemudian mereka melanjutkan penampilan dengan menyanyikan lagu bebas dari daerahnya. Sebelum penampilan kedua dari tim pertama dimulai, sempat terjadi kesalahan teknis dari pihak panitia. Tim pertama melanjutkan penampilannya yang seperti melakukan drama musikal. Setelah penampilan tim pertama, sempat terjadi sesuatu yang tidak aku ketahui pasti apa itu. Sekitar lima sampai sepuluh menit panggung kosong dan MC tidak berbicara. Saat itu, aku bertemu dengan beberapa temanku. Kami bergabung dan mengobrol. Namun tak lama setelah itu, tim kedua masuk dan mengecek mik serta sound. Kami kembali fokus.
Tim kedua menyanyikan lagu wajib dan bebas, sama seperti tim satu, akan tetapi mereka bernyanyi menggunakan stand mic. Tim dari Kayong Utara ini mengenakan kostum berwarna oren dan kuning untuk penyanyi, serta berwarna hijau untuk pemain alat musiknya. Lagu bebas yang mereka nyanyikan berjudul “Sukadane”. Mereka menyanyikan lagu-lagu tersebut dengan sedikit bergoyang.
Penampilan ketiga menyanyikan lagu “Kopi Pancung” dan “Tanjung Muare”. Tim ketiga berasal dari Kota Singkawang. Tim ketiga ini terdiri dari empat orang penyanyi dan enam orang pemain musik. Mereka menggunakan kostum berwarna merah hijau. Seperti yang terjadi pada tim pertama, kembali terjadi kesalahan teknis oleh pihak panitia. Namun hal itu cepat teratasi. Walaupun sempat terkendala, namun tim ini tetap semangat dan tampil memukau dengan alunan suara,music dan tarian yang indah.
Penampilan keempat dari kabupaten Pontianak, yang menyanyikan lagu wajib dan lagu pilihan. Ketika tim keempat akan tampil, aku dan kedua temanku keluar. Kami ingin mencari minuman. Akhirnya kami turun mencari minuman. Akan tetapi ketika kami di bawah, kami lupa untuk membeli minum. Kami malah kembali melihat-lihat stan yang ada di sebelah kiri rumah. Ada banyak pameran tentang kebudayaan di daerah-daerah yang ada di Kalimantan Barat. Setelah puas berkeliling, aku teringat dengan tugasku, meliput kegiatan FSBM VIII. Kulihat jam di telepon genggamku, jam menunjukkan pukul 10.10. Sudah malam, aku harus pulang. Kami pun pulang dan singgah membeli minuman di pinggir jalan untuk menghilangkan dahaga kami.

Seminar Internasional Melayu Gemilang
Panas terik matahari membakar tubuhku ketika aku menampakkan diri dibawah sinarnya. Ini membuatku enggan keluar rumah. Aku duduk di kursi yang ada di depan teleisi, menatap pintu rumah yang terbuka. Aku melihat panas yangseolah memanggil, mengajakku keluar. Lalu kualihkan pandanganku ke dalam, aku melihat makanan yang tergeletak diatas meja. Aku menatap makanan yang seolah menggodaku, memintaku untuk memakannya. Baru saja aku akan mengambilnya, tiba-tiba saja suara klakson motor temanku berbunyi. Aku melihat ke arah pintu.
Hari ini memang aku mempunyai janji dengan teman-temanku untuk pergi ke sebuah hotel di Pontianak. Kami pergi ke hotel ini bukan untuk menyewa kamar, atau yang lainnya. Melainkan untuk mengerjakan tugas bahasa Indonesia. Di hotel ini akan diadakan seminar yaitu “Seminar Internasional Melayu Gemilang”. Aku yang menunggunya dari tadi, keluar untuk menemuinya. Dan kami pun pergi ke hotel.
Sesampainya kami di hotel kami bertemu dengan teman sekelas kami. Setelah kami berkumpul, kami masuk ke hotel dan mencari tahu tempat seminarnya. Kami melihat tulisan yang di tempel di sebelah lift, yang sepertinya berhubungan dengan seminar yang kami ikuti. Karena merasa kurang yakin, kami memutuskan untuk menelepon dosen bahasa Indonesia kami. Beliau memberitahu kami tempat seminar tersebut dilaksanakan. Ternyata tempat seminar tersebut di lantai 2 sampai 6 hotel tersebut. karena dosen bahasa Indonesia kami sedang berada di lantai 6, maka sebagian dari kami memutuskan untuk ke lantai 6.
Di lantai 6, kami mengikuti seminar tidak sepenuhnya. Kami tidak mengkuti seminar dari awal. Kami juga tidak mengikuti seminar sampai selesai. Seminar ini bertema “Warisan Kearifan Lokal dan Pendidikan Karakter Nusantara”. Ada tiga materi yang dibahas dengan tiga pemateri yang berbeda ketika aku berada di sana. Dari ketiga materi tersebut hanya satu materi yang tidak aku ikuti dari awal. Materi yang disajikan merupakan permasalahan yang terjadi di daerah Kalimantan Barat. Khususnya masalah budaya masyarakat Kalimantan Barat. Materi ketiga disajikan oleh ibu Ramadania dari Fakultas Ekonomi Untan dan materi selanjutnya oleh Dr. H. Ngusmanto, M.Si dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar