Festival
Seni Budaya Melayu VIII
Dinginnya angin dan gelapnya malam, serta suara
bising kendaraan yang lalu lalang mengiringi perjalananku dan kedua temanku. Si
Biru dan si Merah beroda dua mengantarkan kami sampai kesebuah rumah besar.
Rumah besar itu adalah Rumah Adat Melayu yang ada di Kota Pontianak. Suasana di
rumah tersebut sangat ramai. Kami mulai masuk ke halaman rumah tersebut. Kami
memang sengaja datang kesini. Karena disini sedang diadakan Festival Seni Budaya
Melayu ( FSBM ) VIII. Kami memulai perjalanan kami dengan mengunjungi beberapa
stan yang ada di sebelah kanan Rumah Melayu.
Sambil melihat kekiri dan kekanan, aku dan kedua
temanku berjalan. Aku yang sedang asik melihat beberapa handphone yang lucu dari kejauhan, terkejut karena tanganku
ditarik oleh teman-temanku. Ternyata mereka mengajakku kearah stan handphone itu. Kami sempat
bertanya-tanya tentang handphone itu. Tak berapa lama, aku teringat dengan
tujuan awalku datang kesini. Yaitu meliput festival ini. Ya, kami memang bukan
wartawan. Kami meliput kegiatan ini untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia yang
ditugaskan oleh dosen kami.
Lalu kami kembali berjalan menuju Rumah Adat Melayu.
Sesampainya di Rumah Adat Melayu kami melihat tangga yang cukup tinggi dengan
rasa malas. Dengan langkah berat, satu persatu kami langkahkan kaki menaiki
anak tangga. Ketika diatas, kami melihat banyak orang berlalu-lalang dan
terdengar suara yang cukup besar. Kami tidak langsung masuk ke rumah. Kami
masih menunggu dua orang teman kami lagi. Kami menunggu mereka di teras rumah.
Sekitar lima menit kemudian, teman yang kami tunggu pun datang. Kami masuk ke
dalam.
Di dalam tersedia kursi. Akan tetapi kami tidak
mendapat kursi tersenbut karena ramainya orang yang ingin menonton lomba. Selain
itu, FSBM VIII juga menggelar 14 tangkai (cabang) perlombaan, di antaranya
lomba menyanyi Melayu, seni silat, merias pengantin Melayu, rancang motif
Melayu, busana Melayu tingkat anak-anak, tari jepin tradisional, upacara adat
tepung tawar, syair Melayu, berbalas pantun, vokal grup lagu
daerah dan
uring gasing, seni hadrah, lomba bertutur, dan lomba sampan bidar.
Aku berkunjung pada hari ketiga yaitu, Rabu, 19
Desember 2012. Ketika itu sedah diadakan lomba vocal grup lagu daerah. Aku fikir
aku terlambat. Ternyata tidak, perlombaan baru dimulai sekitar pukul 08.10
dengan penampilan pertama dari daerah Kapuas Hulu. Tim yang pertama menyanyikan
lagu wajib yaitu “Kopi Pancong”. Aku mulai menulis coretan tetang lomba ini. Tim
pertama terdiri dari empat orang penyanyi dan enam orang pemain alat musik.
Mereka mengenakan kostum berwarna hijau. Kemudian mereka melanjutkan penampilan
dengan menyanyikan lagu bebas dari daerahnya. Sebelum penampilan kedua dari tim
pertama dimulai, sempat terjadi kesalahan teknis dari pihak panitia. Tim pertama
melanjutkan penampilannya yang seperti melakukan drama musikal. Setelah
penampilan tim pertama, sempat terjadi sesuatu yang tidak aku ketahui pasti apa
itu. Sekitar lima sampai sepuluh menit panggung kosong dan MC tidak berbicara.
Saat itu, aku bertemu dengan beberapa temanku. Kami bergabung dan mengobrol. Namun
tak lama setelah itu, tim kedua masuk dan mengecek mik serta sound. Kami kembali fokus.
Tim kedua menyanyikan lagu wajib dan bebas, sama
seperti tim satu, akan tetapi mereka bernyanyi menggunakan stand mic. Tim dari Kayong Utara ini mengenakan kostum berwarna
oren dan kuning untuk penyanyi, serta berwarna hijau untuk pemain alat
musiknya. Lagu bebas yang mereka nyanyikan berjudul “Sukadane”. Mereka menyanyikan
lagu-lagu tersebut dengan sedikit bergoyang.
Penampilan ketiga menyanyikan lagu “Kopi Pancung”
dan “Tanjung Muare”. Tim ketiga berasal dari Kota Singkawang. Tim ketiga ini
terdiri dari empat orang penyanyi dan enam orang pemain musik. Mereka menggunakan
kostum berwarna merah hijau. Seperti yang terjadi pada tim pertama, kembali
terjadi kesalahan teknis oleh pihak panitia. Namun hal itu cepat teratasi.
Walaupun sempat terkendala, namun tim ini tetap semangat dan tampil memukau
dengan alunan suara,music dan tarian yang indah.
Penampilan keempat dari kabupaten Pontianak, yang
menyanyikan lagu wajib dan lagu pilihan. Ketika tim keempat akan tampil, aku
dan kedua temanku keluar. Kami ingin mencari minuman. Akhirnya kami turun
mencari minuman. Akan tetapi ketika kami di bawah, kami lupa untuk membeli
minum. Kami malah kembali melihat-lihat stan yang ada di sebelah kiri rumah.
Ada banyak pameran tentang kebudayaan di daerah-daerah yang ada di Kalimantan
Barat. Setelah puas berkeliling, aku teringat dengan tugasku, meliput kegiatan
FSBM VIII. Kulihat jam di telepon genggamku, jam menunjukkan pukul 10.10. Sudah
malam, aku harus pulang. Kami pun pulang dan singgah membeli minuman di pinggir
jalan untuk menghilangkan dahaga kami.
Seminar
Internasional Melayu Gemilang
Panas terik matahari membakar tubuhku ketika aku
menampakkan diri dibawah sinarnya. Ini membuatku enggan keluar rumah. Aku duduk
di kursi yang ada di depan teleisi, menatap pintu rumah yang terbuka. Aku
melihat panas yangseolah memanggil, mengajakku keluar. Lalu kualihkan
pandanganku ke dalam, aku melihat makanan yang tergeletak diatas meja. Aku
menatap makanan yang seolah menggodaku, memintaku untuk memakannya. Baru saja
aku akan mengambilnya, tiba-tiba saja suara klakson motor temanku berbunyi. Aku
melihat ke arah pintu.
Hari ini memang aku mempunyai janji dengan
teman-temanku untuk pergi ke sebuah hotel di Pontianak. Kami pergi ke hotel ini
bukan untuk menyewa kamar, atau yang lainnya. Melainkan untuk mengerjakan tugas
bahasa Indonesia. Di hotel ini akan diadakan seminar yaitu “Seminar
Internasional Melayu Gemilang”. Aku yang menunggunya dari tadi, keluar untuk
menemuinya. Dan kami pun pergi ke hotel.
Sesampainya kami di hotel kami bertemu dengan teman
sekelas kami. Setelah kami berkumpul, kami masuk ke hotel dan mencari tahu
tempat seminarnya. Kami melihat tulisan yang di tempel di sebelah lift, yang
sepertinya berhubungan dengan seminar yang kami ikuti. Karena merasa kurang
yakin, kami memutuskan untuk menelepon dosen bahasa Indonesia kami. Beliau
memberitahu kami tempat seminar tersebut dilaksanakan. Ternyata tempat seminar
tersebut di lantai 2 sampai 6 hotel tersebut. karena dosen bahasa Indonesia
kami sedang berada di lantai 6, maka sebagian dari kami memutuskan untuk ke
lantai 6.
Di lantai 6, kami mengikuti seminar tidak
sepenuhnya. Kami tidak mengkuti seminar dari awal. Kami juga tidak mengikuti
seminar sampai selesai. Seminar ini bertema “Warisan Kearifan Lokal dan
Pendidikan Karakter Nusantara”. Ada tiga materi yang dibahas dengan tiga pemateri
yang berbeda ketika aku berada di sana. Dari ketiga materi tersebut hanya satu
materi yang tidak aku ikuti dari awal. Materi yang disajikan merupakan
permasalahan yang terjadi di daerah Kalimantan Barat. Khususnya masalah budaya
masyarakat Kalimantan Barat. Materi ketiga disajikan oleh ibu Ramadania dari
Fakultas Ekonomi Untan dan materi selanjutnya oleh Dr. H. Ngusmanto, M.Si dari
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar