TANGKAI SENI HADRAH
SENI BUDAYA MELAYU
YANG TAK LEKANG OLEH WAKTU
Komplek rumah
melayu kal-bar , Kamis (20/12), Pontianak menggelar festival adat melayu yang ke VII yang berupa tangkai
seni hadrah, terdiri dari peserta yang berasal dari beberapa kabupaten/kota se-Kalimantan Barat untuk melestarikan
kebudayaan melayu yang ada.
Merdu suara para pemain hadrah, diiringi hentakan
tangan membunyikan gendang serentak bagai irama yang tak mampu digambarkan
dengan kata-kata, gemerlap panggung yang indah dihiasi para penari yang tampan dan
cantik rupawan. Baju yang indah dihiasi warna –warni kerudung dan peci, senyum
tersimpul diwajah para penari, gegap gempita seakan memecahkan keramayan kota
Pontianak dimalam itu, alunan lagu yang dinyanyikan para pemain hadrah sangatlah
indah dengan berisi nasehat-nasehat yang tak terlupa.
Malam itu mungkin menjadi sejarah pertama kalinya
saya menginjakan kaki ketempat yang luar biasa indah dan megah, yang juga merupakan
salah satu tempat ciri khas dari tempat tinggal orang melayu Kal-Bar. Tempat
ini terasa megah karena terdiri dari beberapa tangga yang menjulang tinggi dan
dinding-dinding yang dihiasi jendela-jendela besar. Tiang-tiang yang menjulang dan ruangan yang indah didalamnya memberikan
nuansa yang begitu istimewa saat kita memasuki tempat itu. Saat melangkahkan
kaki kedalam, mata saya langsung tertuju keatas panggung yang akan menjadi
tempat pertunjukan seni hadrah. Saya memilih untuk duduk didepan tanpa
menggunakan kursi, karena kursi yang tersedia telah penuh dengan peserta seni
hadrah dan para penonton yang sangat bersemangat untuk menyaksikan pertunjukan
ini. Selang beberapa menit kami duduk, pembawa acarapun membuka acra dan
memperkenalkan para juri tangkai seni hadrah ini. Tangkai seni hadrah terdiri
dari tiga juri yang pertama, Sy. Selamet yusuf,
kemudian juri dua syawaludin, dan yang ketiga mu’in. setelah
memperkenalkan juri, barulah pembawa acara memanggil peserta pertama dari
tangkai seni hadrah ini, peserta pertama merupakan perwakilan dari MABM (majelis
adat budaya melayu) kabupaten Pontianak tepatnya berasal dari mempawah, yang terdiri
dari 12 penari remaja putra dan 3 pemain gendang yang terdiri dari bapak-bapak
berumuran 40-50an, kostum yang digunakan para penari yaitu 6 orang bewarna
merah muda dan 6 orang bewarna biru. Penari ini melakukan pertunjukannya selama
kurang lebih 15 menit, dengan beberapa gaya tarian yang memukau para penonton,
tepuk tangan dari para penonton semakin menambah semangat para penari dalam
melakukan pertujukan malam itu. Setelah pertujukan deri peserta pertama
selesai, pembawa acara memanggil peserta yang kedua yang merupakan perwakilan
MABM kabupaten Sekadau. Penari dari MABM Sekadau ini memnggunakan baju kuning
yang semakain memeriahkan suasana, karena seperti yang kita tau bahwa kuning
merupakan simbolis dari warna orang melayu, pertunjukan dari peserta ke dua ini
tidek kalah menariknya dengan yang pertama, para penari yang kedua ini juaga
terdiri dari 12 orang remaja putra. Setalah pertunjukan peserta yang kedua
selesai tibalah kepeserta yang ketiga yang berasal dari MABM kabupaten Sambas.
Peserta yang ketiga ini terdiri dari 12 penari remaja putri yang di hiasi
kerudung dan baju yang berwarna merah muda. Penampilan peserta ketiga ini
semakin memukau dengan tarian yang lebih bervariasi dan lebih rapi, lentik jari
para penari serta kekompakan tariannya menggambarkan bahwa mereka memang sudah
terbiasa melakukan gerakan itu. Setelah kurang lebih 15 menit pertunjukan
tarian hadrah dari sambaspun berakhir. Kemudian disusul undian ke empat yang
merupakan perwakilan MABM kabupaten Melawi yang terdiri dari 12 orang penari
remaja putri menggunakan baju merah dan kerudung hitam.
Entah mengapa para penonton semakin berdesak-desakan
kedepan. Setelah pembawa acara memanggil para penari dan menyebutkan perwakilan
penari barulah saya sadar kalau mereka yang berdesakan kedepan merupakan
pendukung dari peserta undian kelima ini. “Ayo Pontianak” ujar salah satu
penonton, perserta undian kelima ini merupakan peserta yang berasal dari MABM
kota Pontianak. Dimana para penari terdiri dari 12 penari putri yang
menggunakan baju hijau dan kuning. Penampilan hadrah dari MABM kota Pontianak
ini sedikit berbeda dari penampilan-penampilan yang sebelumnya. Jika penampilan
sebelum-sebelumnya terdiri dari bapak-bapak sebagai pemukul gendang, MABM kota
Pontianak menggunakan remaja putri yang sebaya dengan para penari sebagai pemukul
gendangnya. Mereka terlihat memilki keahlian yang tidak jauh berbeda dengan
pemukul-pemukul gendang yang sebelumnya,
suara gendang yang dihasilkan juga lumayan asyik dan merdu. Durasi tampilan
peserta kelima juga sekitar 15 menitan. Untaian alunan lagu yang dinyanyikan
para peserta dari MABM kota Pontianak ini berisi kata-kata nasehat dan ajakan
yang sangat bijaksana. Salah satu isinya yaitu ajakan untuk para generasi muda
untuk melestarikan budya melayu agar tidak punah. Sungguh penampilan yang luar
biasa bagi saya saat menyaksikannya. Setelah sekitar 15 menitan pertunjukan
dari peserta kelima inipun berakhir. Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul
22.00 wib, dan kami memutuskan untuk pulang karena sudah malam, padahal masih
ada beberapa peserta lagi, sebelum pulang saya masih sempat mendengar bahwa
peserta yang keenam berasal dari MABM kabupaten Kubu Raya, sebenarnaya masih
ada keinginan kami untuk menyaksikan pertunjukan ini sampai selesai, tetapi
mengingat waktu yang semakin larut dan masing-masing dari kami tidak ada yang
bisa menyaksikan sampai akhir, maka yang dapat kami saksikan malam itu hanya lima
peserta dan kami kurang mengetahui berapa jumlah peserta secara keseluruhannya.
Ada beberapa adengan yang lucu saat sya menonton
pertunjukan seni hadrah ini yang pertama saat salah satu pemain gendang yang
saat pertunjukan akan selesai dan mereka mau pergi dari atas panggung, teks
lagu yang mereka bwakan terjatuh, dan tukang pemukul gendang ini mengambil,
sehingga mengundang tawa bagi penonton, padahal akibat dari ulah tukang gendang
tadi jga membuat suara gendang menjadi aneh karena dia tidak memukul
gendangnya. Pengalaman lucu kedua yaitu saat saya melihat peserta darislah satu
MABM yaitu salah satu pesertanya susah membuka mata Karen dandanan yang terlalu
menor pada mata, dengan gerakan mereka yang agak sedikit menunduk mata salah
satu penari ini terlihat seperti terpajam. Saya bukan mau mengejek, tapi hanya
sedikit mengomentari, agar kedepan bisa lebih baik.
Sungguh pengaaman yang luar biasa pada malam itu,
walau sebenarnya saya agak penasaran ingin menonton sompai akhir, tapi
pertunjukan dari lima peserta sudah memukau saya. Sunggunh indah tarian
tradisional terutama tarian melayu yang saya saksikan itu, saya baru sadar jika
tarian tradisional tdak kalah dengan tarian modern sekarang. Jika para pemuda
mau meneruskan serta mengembangkan tarian ini, saya yakin tarian ini dapat
terkenal separti tarian-tarian tradisional lainnya seperti tari jaipong, tari
saman dan sebagainya. Jujur saja saat saya menonton tarian ini beberapa dari
teman saya mengaku tidak pernah melihat atau tau dengan tarian ini. Mereka
melihat tarian ini seperti tari saman, padhal tari saman berbeda dengan tarian
seni hadrah ini. Tarian ini lebih berirama dan tidak secapat tarian saman.
Jadi, pengalaman malam itu sangat memberikan banyak pelajaran bagi kami. Tidak
hanya terhibur dengan ataraksi-atraksi yang ditampilakan para penari, tapi juga
menambah pengetahuan akan seni tradisional yang ada. Semoga pergelaran seperti
ini lebih sering diadakan agar generasi muda bisa mengetahui akan buaya yang
ada.
Setelah mengikuti acara pada malam hari, hari jumat
saya dan teman-teman mengikuti kembali rangkaian kegiatan dari festival adat
budaya melayu yang ke VIII ini yaitu berupa seminar internasional yang
bertemakan melayu gemilang warisan kearifan lokal dan pendidikan karakter
nusantara yang diselenggarakan di hotel Orcharz di Jl. Perdana.
Sekitar pukul 14.30 wib, kami berangkat dari kampus
menuju tempat seminar dengan kondisi cuaca yang sedikit gerimis, namun kondisi
ini tidak menyurutkan niat kami untuk mengikuti seminar. Setiba kami di hotel
kami bertanya kepada satpam dan kami ditunjuakan jadwal dan tempat dari seminar
berlangsung. Ternyata di hotel tersebut terdapat lagi beberapa seminar yang
juga merupakan rrangkaian dari kegiatan seminar yang ada pada hari itu. Tujuan
awal kami yaitu mengikuti seminar dilantai enam, setibanya kami dilantai enam
ternyata tidak ada tempat lagi untuk kami duduk, dan kami memutuskan untuk ikut
seminar dilantai 3 ruang A pada pukul 14.45-15.45 wib. Saat kami masuk ruangan
seminar kami begitu terkesima melihat megahnya ruangan tersebut. Setelah duduk
kami medengarkan pembawa acara mempersilahkan moderator untuk memimpin seminar,
dimana seminar tersebut dimoderatori oleh Pak Dedy Ari Asfar yang merupakan
dosen mata kuliah bahasa Indonesia kami. Ini merupakan siding parallel 7
kelompok A. Pemateri diruangan itu ada 3 orang yang berasal dari pusat
pengajian, pendidikan jarak jauh Universitas Malaiysia Prof. Madya dan Dr. Mohd
Isa Othman, yang kedua yaitu Pangiran Hajah Mahani binti Pangiran Haji Ahmad
dari Pusat sejarah Berunai Negara Brunai Darusalam, dan terakhir adalah H.
Baidhillah Riyadi M. Ag dan Didik M. Nur Haris M.sh. dari Politekhnik negeri
Pontianak yang juga merupakan perwakilan dari Indonesia. Pemateri pertama
materinya berupa paparan tentang histografi melayu Kedah atau bertemakan
tentang Histografi Melayu Tradisional Negeri, pengalaman Kedah Darul Aman.
Kemudian pemteri memaparkan tentang salah satu karya sastra dari kedah yang
berjudul syair duka nestapa dimana secara garis besarnya bertemakan tentang
keedukacitaan karena dijajah. Kemudian pemateri juga memaparkan tentang
beberapa tujuan penulisan histografi yaitu salah satunya yaitu perintah dari
sultan. Pada simpulan, pemateri pertama mengatakan bahwa histografi merupakan
warisan yang sangat penting dan harus dijaga. Disambung pemateri kedua yang
bernama Hajah Mahani Binti Pangiran Haji Ahmad yang membawakan materi tentang koleksi
bahan Berunai di Luar Negri, dan cerita tentang kejayaan Brunai abad ke-14
sampai sekarang. Pemateri dua ini menceritakan tempat-tempat yang ada diberunai
yang berupa pusat sumber sejarah, dimana memiliki berbagai peninggalan seperti
buku-buku dan sebagainya. Pemateri ke-2 ini juga bercerita tentang
pengalamannya mengumpulkan bukti-bukti sejarah dikawasa Kalimantan Barat,
dimana mereka mengunjungi berbagai tempat yang dulunya memilki kerajaan atau
memilki situs-situs sejarah peninggalan kerajaan melayu. Tempat-tempat yang
dikunjunginya seperti Sambas, Ketapang, Mempawah, sanggau, dan Pontianak. Tiba
di pemateri yang ketiga seorang dosen yaitu dosen polnep. Namu, kami tidak dapt
mengikuti seminar tersebut karena, waktu sudah semakin sore, mengingat
masing-masing dari kami belum shlat dan masih ada kepentingan lain dan kami
memutuskan untuk pulang. Itulah seputar pengalaman saya mengikuti dua rangkayan
kegiatan dari vestival adat seni budaya melayu yang ke VIII.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar