Sabtu, 05 Januari 2013

Ririn Noveriza F01111007




Pontianak, Jumat 21 Desember 2012
            Jika anda berkeliling di stan Festival Seni Budaya Melayu (FSBM) VIII di Kompleks Rumah Adat Melayu Kalbar, anda akan menemui stan yang menampilkan kerajinan tangan para remaja putri yang tergabung dalam Komunitas Rajut Pontianak (KRP). Komunitas ini terbentuk setahun silam dan terus berkembang dengan berbagai kreasi dan inovasi. Para remaja putri ini begitu lihai menyulam. Istilah mereka merajut atau merenda dengan benang khusus. Hasilnya pakaian dan ragam aksesori kesenangan kaum hawa.
            Komunitas ini terbentuk melalui dunia maya. Karena hobi yang sama, mereka kemudian membentuk komunitas ini. Para pemula yang sudah ahli merajut bertemu untuk saling berbagi. Aiys Fitaloka adalah salah satu diantara anggota KRP. Dia mengatakan komunitas ini terbentuk karena sama-sama menyukai bahan-bahan rajutan. Tak ada tempat khusus bagi mereka untuk bertemu. Kafe atau rumah anggota secara bergantian menjadi tempat nongkrong atau tempat berkumpulnya mereka.
            “Kita bertemu online, ada kopi darat juga perbulan secara bergiliran di rumah anggota. Ketemunya bisa juga di kafe sesuai kesepakatan saja. Kita belajar bersama saling berbagi membuat hasil karya rajutan,” kata Ays ketika saya tanya. Sedangkan produk-produk yang ditawarkan oleh anak-anak KRP ini terdiri dari berbagai macam jenis, yaitu rajutan berupa aksesori, pakaian hingga tas. Hasil rajutan inilah yang kemudian berubah jadi rupiah. Bahan bakunya berupa benang yang mereka bisa dapat dilokal maupun impor.
            Ketika ditanya soal benang, Ays mengatakan kalau benang impor memang lebih baik kualitasnya dibanding dengan benang lokal. Maka tak ayal hasil yang tercipta juga lebih bagus dengan harga jual yang tinggi pula. Ays menambahkan lagi,” aksesoris dijual mulai  Rp 5.000,- sampai dengan Rp 55.000,- sedangkan untuk pakaian berkisar antara Rp 75.000,- sampai dengan Rp 400.000,-  bahkan ada juga yang jutaan”. Komunitas ini juga memberikan kursus, siapa saja bisa belajar dan bisa dipanggil untuk belajar dan memberikan pelatihan.
Pontianak, Kamis 20 Desember 2012 (Pangkak Gasing)
Kabupaten Sambas menjadi juara dalam tangkai pangkak gasing Festival Seni budaya Melayu ke VIII yang diadakan dihalaman Balai Kajian Sejarah, Jl.Sutoyo NO.2 Pontianak. Sambas berhasil menumbangkan tujuh lawan lainnya yang berasal dari daerah yang berbeda.
            Paklong utusan sambas mengatakan pangkak gasing sudah menjadi kebiasaan masyarakat sambas,”gasing ini sudah menjadi permainan rakyat. Kebiasaan bermain gasing inilah yang akhirnya membawa Sambas juara 1, alhamdulillah.” Kata paklong kepada saya ketika ditanya seusai pertandingan selesai.
            Juara dua diraih Kapuas Hulu sedangkan juara tiga diraih oleh Pontianak. Ruslan selaku juri pangkak gasing mengatakan, hanya enam daerah kabupaten/kota yang mengutus perwakilannnya. “ Kita menilai poin peserta yaitudengan membuat enam lingkaran. Antara lingkaran mempunyai nilai-nilai genap yaitu 10 untuk tengah lingkaran, 8 untuk lingkaran kedua, dan 6,4,2,0 untuk diluar lingkaran,katanya”. Setiap peserta juga wajib membawa 3 gasing dalam pertandingan ini, “kita sudah menentukan gasing mana yang ikut pertandingan, panitia hanya menentukan gasing jenis jantung saja. Selain itu tidak boleh diperlombakan,” kata pak Ruslan menambahkan.
            Bukan hanya tangkai pangkak gasing saja  yang disuguhkan disini. Delapan kontingen utusan MABM kabupaten/kota juga memperebutkan juara dalam tangkai uri gasing. Pemenang tangkai ini yakni si empunyagasing yang mampu membuat gasingnya berputar paling lama berdasarkan catatam waktu panitia. Dalam pertandingan ini Kubu Raya yang menjadi pemenang, sedangkan juara ke-2 dan ke-3 masing-masing yaitu kota pontianak dan bengkayang.
            Perwakilan Kubu Raya mengatakan bahwa brntuk gasing membuat mereka menjadi juara. Kubu Raya mencatat waktu terlama yakni 21,33 detik. Dikatakan Gustian, bentuk dan kayu yang digunakan untuk gasing sangat mempengaruhi kedinamisan putaran. Siapa sangka, gasing yang digunakan Gustian sudah berusia 35 tahun. “Membuat gasing kalau menggunakan tangan bisa satu harian. Belum lagi mencari bahan, satu hari. Kita menggunakan kayu kampas, yaitu kayu yang beratnya bisa mempengaruhi hasil kemenangan, jelasnya. Pria ini sudah bermain gasing sejak SD. “Sudah pernah jadi juara, di Mempawah empat kali, Pontianak sepuluh kali dan sekarang memberdayakan festival budaya Melayu.
            Selaku pencinta uri gasing, dia berterima kasih kepada pemerintah yang sudah melestarikan permainan rakyat ini. Jika tidak, jelasnya, permainan ini bisa menjadi dongeng bagi anak dan cucu. Dan baiknya permainan uri gasing ini harus di berdayakan dan dilestarikan agar tetap terjaga dan tetap ada.
Seminar Internasional Melayu Gemilang
            Seminar yang bertema “Warisan Kearifan Lokal dan Pendidikan Karakter Nusantara” terdapat 107 tulisan terdiri dari berbagai disiplin ilmu. Para penulis merupakan peneliti, dosen dan mahasiswa yang berasal dari Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Ada 3 intelektual dari Brunei, 21 dari Malaysia, dan 83 dari Indonesia. Mereka yang mewakili Indonesia berasal dari berbagai macam daerah.
            Ketua Pusat Penelitian Kebudayaan Melayu Uneversitas Tanjungura Chairil Efendi berkata, Seminar Internasional Melayu Gemilang ini merupakan rintasan awal yang merupakan wadah jaringan sarjana dan ilmuan nusantara dalam berkomunikasi secara akademik. Komunikasi akademik ini penting mengingat nusantara ini alam Melayu menjadi sepadan dengan politik beberapa negara. Kita melihat banyak sekali kearifan-kearifan lokal yang ditinggalkan oleh para pendahulu dan masyarakat Melayu masih dirasakan kurang, memahami, menghargai dan melestarikan kearifan lokal dan sedikit sekali lembaga pendidikan yang memberikan perhatian terhadap kearifan lokal.
            Alam Melayu yang luas terbentang memamerkan banyak kearifan lokal dan pendidikan karakter di masyarakatnya. Kekayaan inilah yang harusnya dieksploitasi, dibincangkan, dan dipublikasikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar