Festival Seni Budaya Melayu ke VIII di
Pontianak
“Kanan! Kanan! Kanan!!!”
Terdengar suara keras dari beberapa orang pria yang
menggunakan ID Card dijalan itu, sebelum kita memasuki wilayah pameran. Pria
itu merupakan salah satu panitia dari kegiatan acara yang bertanggung jawab
dalam menertibkan kondisi jalan raya agar tidak terjadi kemacetan disepanjang
jalan itu. Suasana hiruk pikuk pengunjung memadati wilayah festival. Para
pengunjung yang memadati area diselenggarakannya acara festival seni dan budaya
melayu ini tidak hanya untuk kalangan remaja saja. Tetapi, juga tampak
anak-anak dan orang tua yang memadati area ini, untuk menonton pertunjukan
Festival ini.
Hari ketiga pelaksanaan Festival
Seni Budaya di Pontianak dipadati pengunjung
yang mungkin saja dengan beragam motif. Ada yang sekadar jalan-jalan sekalian
cuci mata, ada pula yang memang benar-benar ingin menonton perhelatan besar
Melayu yang diadakan oleh Majelis Adat Melayu Kalimantan Barat ini dan ada pula
yang hanya jalan-jalan bersama keluarga untuk meramaikan acara ini. Terlepas dari itu semua, acara Festival Seni Budaya
Melayu di Pontianak, menurut pengamatan saya cukup mendapat perhatian dari
pengunjung. Itu dibuktikan dengan banyaknya antusiasme warga yang datang pada
ajang ini yang mengusung tema “Seni Cemerlang, Melayu
Gemilang” ini.
Saat memasuki kawasan kompleks Rumah Adat Melayu di Jalan Sutan Sahrir,
Pontianak, mata kita akan dimanjakan oleh stan-stan yang menjual berbagai
perlengkapan, seperti baju, accesoris, jilbab dan lain sebagainya. Yang menarik
adalah seperti pada stan sambas. Seperti yang kita ketahui bersama, sambas adalah
suatu daerah di Kalimantan Barat yang terkenal dengan makanan tradisionalnya
yaitu; Bubur Pedas. Saking terkenalnya makanan ini, sampai ada lagu tentang
Bubur Pedas di sambas. Pada stan ini dijual produk bubur pedas instan yang
sudah dikemas dalam wadah kantong plastik, sehingga pembeli hanya perlu
mengikuti tata cara penyajian yang akan dipandu oleh penjaga stan untuk
menikmati bubur pedas instan ini.
Angin dingin yang menembus kulit para pengunjung,
tidak menyurutkan pengunjung untuk pulang. Setiba di rumah adat melayu,
pengunjung yang rata-rata terdiri dari orang tua yang membawa anaknya ini
diminta oleh MC acara supaya duduk lesehan di dekat sound system. Ini
dikarenakan bangku yang tersedia hanya diperbolehkan bagi para perserta untuk
mendudukinya.
Festival Seni Budaya Melayu ke VIII dengan acara
utama Vocal Group lagu daerah ini dibuka oleh kata sambutan yang diiringi sedikit
canda serta gurauan dari Ketua Panitia Kusmindari. Beliau mengatakan tujuan
diselenggarakan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan rasa kesadaran dan
melestarikan kebudayaan melayu.
Para peserta yang terdiri dari beberapa penyanyi
dan pemain musik, tampil sepadan dengan balutan pakaian yang mereka kenakan.
Para peserta tidak hanya dituntut untuk menyanyikan lagu daerah, tetapi, juga
diiringi oleh tarian dan penghayatan dari lagu yang mereka nyanyikan. Lagu yang
merekanyanyikan terdiri dari 2 lagu daerah, yakni; lagu kopi pancong (sebagai
lagu wajib untuk para peserta) dan juga lagu pilihan yang merupakan lagu dri
daerah peserta masing-masing. Acara yang terbilang agak sedikit molor dari
waktu yang ditentukan ini cukup mengundang pehatian para mengunjung.
Sebut saja Alif dan temannya anak dari SMPN 22
Pontianak, tetap antusias dalam menonton acara ini dan bertekad menyelesaikan acar
ini sampai tuntas.
“Acara ini sangat menarik, kak. Kakak-kakak yang
ikut juga cantik. Apalagi kakak yang dari singkawang,” celetukan Habib membuat
beberapa pengunjung yang menonton tertawa.
“Lebih cantik kakak yang itu,” celetuk Alif
sambil menunjuk salah satu peserta dipentas.
Acara vocal group lagu daerah ini agak sedikit
molor dikarenakan, check sound dilakukan pada saat peserta ingin tampil kedepan
pentas. Hal inilah yang mngakibatkan lamanya durasi dari satu peserta ke
peserta lain.
Mengesampngkan masalah check sound, acara yang
juga diliput oleh TVRI Pontianak ini terlaksana dengan cukup sukses. Ada pun
juri yang menilai acara ini adalah tiga juri yang cukup dinilai kompeten
dibidangnya, yaitu:
1.
Muhammad
Rivaie yang dalam dua tahun berturut-turut memenangkan bintang radio dan juga
berprofesi sebagi Guru Muhammadiyah 1
2.
H. Dedi
Jukni yang menjadi juri selama 4 tahun berturut-turut.
3.
Sunardi yang juga menjdi selama 4 tahun berturut-turut
menjadi juri diacara ini. Serta beliau juga merupakan Pegawai TVRI Lokal Paket
Hiburan dan Budaya
Adapun peserta yang
ikut dalam acara ini adalah para peserta dari 13 Kabupaten yang tergabung dalam
MABM (Majelis Adat Budaya Melayu), kecuali, Kabupaten Ketapang yang tidak ikut.
Kemudian, dari Pekanbaru, Provinsi Aceh, Malaysia, Brunei Darussalam dan
lain-lain, seperti yang telah disampaikan oleh ketua MABM Chairil Effendi pada
keterangan persnya pada jumat lalu.
Para peserta tidak
hanya sekedar menyanyikan lagu tetapi, juga diiringi oleh music dan berbagai
tarian yang dilakukan oleh peserta untuk menarik perhatian para juri dan
penonton. Pengumuman pemenang akan dilakukan pada acara penutupan yang akan
diselenggarakan pada tanggal 23 Desember 2012.
SEMINAR INTERNASIONAL MELAYU GEMILANG
Jumat siang diiringi oleh
rintik-rintik air hujan. Tibalah kami dilokasi hotel Orchardz tempat
berlangsungnya Seminar Internasional. Beberapa orang tampak memenuhi ruangan
yang disediakan oleh panitia kegiatan acara. Saya dan beberapa teman-teman saya
juga ikut menjadi peserta dalam seminar ini. Seminar ini merupakan bagian dari
rangkaian acara Festival Seni Budaya Melayu. Tema untuk seminar ini adalah
“Warisan Kearifan Lokal dan Pendikar Nusantara”.
Materi yang menarik perhatian saya
untuk membahasnya adalah materi yang disampaikan oleh Ibu Ramadania dari
Fakultas Ekonomi, yang menyampaikan temanya tentang “Etnosentrisme Konsumen dan
Sikap Terhadap Produk-Produk Malaysia dan Amerika: Studi pada Konsumen Etnik
Melayu di Kalimantan Barat.”
Hal ini menarik perhatian saya karna
beliau menerangkan tentang bagaimana perbandingan dalam sikap konsumen
Kalimantan Barat dalam menerima produk dari Amerika dan Malaysia.
Penulisan makalah ini
dilatarbelakangi oleh meningkatnya perdagangan Internasioal yang semakin
meningkat tiap tahunnya. Seperti pada produk Malaysia yang meningkat dari 87 %
mencapai 400%. Tiap tahunnya produk dari Malaysia meningkat sejumlah 67%. Dan
70% dari kegiatan ekspor Malaysia ke Indonesia masuk ke daerah Kalimantan
Barat.
Produk Malaysia lebih banyak menarik
perhatian masyarakat Kalimantan Barat disbanding produk dari Amerika
dikarenakan citra produk dari Amerika tidak sesuai dengan pribadi masyarakat
umum di Kalimantan Barat. Hal ini terkait tentang status kehalalan dari sebuah
produk, yang pada umumnya masyarakat Kalimantan Barat cenderung memilih sesuatu
produk yang sudah memiliki cap “halal”. Malaysia memiliki nilai yang lebih baik
dibanding dengan Amerika, karena Malaysia merupakan negara islam, sama dengan
negara Indonesia, serta kultur yang hampir sama antara masyarakat Kalimantan
Barat dengan Malaysia, juga memudahkan masyarakat sekitar untuk menerima produk
dari Malaysia.
Sampel untuk penulisan makalah ini
diambil dari masyarakat didaerah perkotaan; seperti Kota Pontianak. Hal ini
buan tanpa alasan khusus, alasan beliau mengambil sampel dari masyarakat kota
adalah, produk ekspor (dari Malaysia dan Amerika), kebanyakan beredar diwilayah
perkotaan, bukan didaerah perdesaan atau pelosok-pelosok dari wilayah
Kalimantan Barat.
Selain dari pemateri Ramadania, para penulis materi makalah ini merupakan peneliti,
dosen, dan mahasiswa dari berbagai disiplin
ilmu yang disampaikan oleh para pemakalah. Bahasa, sastra, pendidikan dan
pengajaran, ekonomi, sosoilogi, antropologi, politik, agama, hukum, adat
istiadat, kesehatan, perobatan, dan isu-isu budaya masyarakat etnik alam melayu
adalah contoh dari tema yang diangkat dari seminar ini.
Seminar ini
berlangsung dengan cukup hikmat dan dilangsung dibanyak ruangan didalam hotel
Orchardz, sehingga memudahkan peserta untuk memilih sendiri materi-materi yang
ingin ia lihat. Selain itu, peserta juga dibagikan buku berisikan kilasan
materi yang ingin disampaikan oleh pemateri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar