Sabtu, 05 Januari 2013

YOSEPHINE DERILIANA F01111040





TANGKAI VOCAL GROUP LAGU DAERAH FESTIVAL SENI
BUDAYA MELAYU VIII

            Gedung Rumah Adat Melayu tersebut nampak penuh sesak dengan pengunjung. Hari itu tanggal 19 Desember 2012. Waktu menunjukkan pukul 19.30 WIB. Hari sudah lumayan larut namun acara belum juga dimulai. Saya dan teman-teman kali ini kembali untuk menonton rangkaian acara yang ada dalam Festival Seni Budaya Melayu. Saya berjalan menaiki tangga gedung dan sangat mengejutkan karena jumlah peonton kali ini lebih banyak dibandingkan sebelumnya.
Melihat penonton yang penuh sesak di dalam gedung dan tidak mendapat tempat duduk karena kurangnya jumlah tempat duduk yang disediakan panitia, maka panitia memutuskan untuk memperbolehkan penonton untuk menonton di bagian depan panggung tanpa kursi. Kegiatan menonton festival kali ini tampak menarik karena penonton diperbolehkan untuk lesehan di depan panggung sehingga tampak santai dan bersahabat.
            Malam itu merupakan lanjutan dari Festival Seni Budaya Melayu VIII yang diadakan MABM Kalimantan Barat. Menurut jadwal yang tetera di depan pintu masuk, malam itu diadakan Tangkai Vocal Group Lagu Daerah. MC mulai membacakan peraturan yang harus dipenuhi para penonton agar perlombaan berjalan lancar. Penonton dilarang merokok di  dalam ruangan, tidak mengambil gambar dengan lampu blits dan hanya memberikan tepuk tangan diawal dan akhir penampilan.
            Tangkai vocal group kali ini diikuti oleh kabupaten-kabupaten di Kalimantan Barat dan  penjurian dilakukan oleh 3 orang juri professional antara lain M.Rifai yang sudah 2 kali menjadi juri vocal group pada Festival Seni Budaya Melayu. Beliau sudah 3 kali menjadi juara bintang radio dan televise yang sekarang berprofesi sebagai guru di SMA Muhammadiyah 1. Juri kedua yaitu Hj.Dedy Jukni yang sudah 4 tahun berturut-turut menjadi juri vocal group pada Festival Seni Budaya Melayu. Beliau adalah seorang pemusik dan pelatih vocal. Sekarang berkerja sebagai seorang wiraswasta. Juri terakhir yaitu Sunardi, rukgemen tidak pernah terkalahkan dalam lomba oleh group manapun. Beliau sudah 4 tahun menjadi juri vocal group pada Festival Seni Budaya Melayu sekaligus sebagai penyiar TVRI khusus program acara hiburan dan budaya.
            Acara segera dimulai yang ditandai dengan sambutan oleh MC. Suara meriam menggelegar tanda acara dibuka. Acara dimulai dengan penampilan peserta nomor undian pertama yang berasal dari Kabupaten Kapuas Hulu. Vocal group dibawakan oleh 4 orang panyanyi dengan masing-masing 2 orang perempuan dan 2 orang laki-laki. Konsep tampilan peserta dibuat berpasangan. Mereka tampak apik dengan berpakaian warna hijau. Keempat penyanyi tersebut diiringi oleh 5 orang pemusik dengan berpakaian hijau yang terdiri dari 1 gitaris tradisional, 3 gitaris modern dan 1 orang memainkan gendang. Lagu pertama yang merupakan lagu wajib dari lomba vocal group yaitu Kopi Pancung dan lagu pilihan Dara Sengkumang. Lagu Kopi Pancung dibawakan dengan sangat baik. Para penonton tampak terpukau dengan penampilan mereka. Lagu dibawakan sambil menari dan bergoyang. Yang menarik dan menjadi pusat perhatian kami adalah peserta paling kanan penonto. Ia tampak sangat lincah dan ekspresif dalam manyanyikan lagu Kopi Pancung. Lagu kedua dibawa dengan konsep seperti drama dan peserta ikut menari dan bergoyang.
            Peserta kedua berasal dari Kabupaten Kayong Utara. Vocal group dibawakan oleh 7 orang penyanyi yang masing-masing 2 orang laki-laki dan 5 orang perempuan. Mereka tampak cerah dan meriah dengan pakaian berwarna oren terang. Diiringi dengan para pemusik yang berpakaian hijau dengan komposisi 1 orang memainkan akordion, 1 orang gitaris dan 1 orang pemain gendang. Lagu wajib Kopi Pancung dibawakan dengan cukup baik. Lagu pilihan yang kedua berjudul Sukadana. Penonton tampak bertepuk tangan saat peserta mulai menyanyikan lagu mereka. Sangat disayangkan, suara mereka terdengar kurang jelas dan terpecah karena mik yang digunakan terlalu jauh dengan mulut mereka. Pengucapan dari setiap kata terdengar kurang jelas sehingga syair dari lagu kedua yang berjudul Sukadan tidak diketahui dengan jelas. Namun penyanyi nampak bersemangat dan tetap bernyanyi sambil menari dan sesekali bergoyang kiri ke kanan dan kanan ke kiri. Mereka tampak serempak bergoyang.
            Setelah tampilan dari peserta kedua MC memanggil peserta dengan nomor undian tiga. Peserta ketiga berasal dari Kabupaten Singkawang. Peserta kali ini terdiri dari 4 orang perempuan dan 1 orang laki-laki. Para penyanyi menggunakan pakaian berwarna merah dan hujau. Penyanyi diiringi oleh 5 orang pemusik yang terdiri dari 2 orang pemain gendang, 1 orang gitaris, 1 orang pemain cello dan 1 orang pemain akordion. Namun penampilan mereka terhambat oleh cek sound yang memakan waktu bermenit-menit. Tampak penonton mulai bosan menunggu karena cek sound yang lama dan tanpa persiapan. Juri pun nampak tidak sabar dan sesekali memanggil panitia untuk memastikan kapan lagu pertama dapat mulai dinyanyikan. Tak lama kemudian, cek sound selesai dan lagu pertama pun dimulai. Penonton nampak bertepuk tangan dan terdengar banyak pendukung dari peserta asal Singkawang ini. Penantian yang lama karena cek sound, seketika terbayar oleh suara yang indah dari para penyanyi dengan yang wajah cantik. Peserta dari Singkawang berhasil menghibur dan memukau penonton. Lagu pertama merupakan lagu wajib Kopi Pancung. Para penyanyi tampak menyanyi dengan merdu diselinggi dengan goyangan yang gemulai. Para pengiring musik dalam tampilan peserta ini, berlaku pula sebagai backing vocal. Riuh tepuk tangan penonton terdengar memenuhi ruangan tanda peserta berhasil mehibur penonton. Lagu kedua berjudul Ngeramok diawali dengan tepukan gendang dan suara merdu dari kerincingan. Saya pun berkesempatan untuk sedikit bertanya-tanya dengan seorang bocah yang duduk di sebelah saya. “Kakak itu cantik sekali.” ujar bocah yang mengaku bernama Habib, siswa SMP 22 yang duduk di kelas 1 bersama temannya yang bernama Alib.
            Waktu pun berlalu begitu cepat. Jam tangan saya sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB namun peserta yang tampil baru sampai pada undian ketiga. Saya dan teman-teman memutuskan untuk mengakhiri peliputan kami pada Tangkai Vocal Group Lagu Daerah malam ini. Saat MC memberikan sambutan sebelum tampilan peserta berikutnya, kami pun bangkit berdiri dan meninggalkan gedung tersebut. Festival Seni Budaya Melayu terus berlangsung dengan lancar.


LINCAH GEMULAI LANGKAH TANGKAI TARI JEPIN
Sepeda motor dan mobil mulai memadati Rumah Adat Melayu yang berada di daerah Kota Baru yang menjadi tempat berlangsungnya Festival Seni Budaya Melayu VIII Kalimantan Barat Tahun 2012 M Tahun 1434 H. Festival ini diadakan oleh Majelis Adat Budaya Melayu Kalimantan Barat yang diikuti oleh seluruh kabupaten di Kalimantan Barat.
Saya dan teman-teman mulai memarkirkan kendaraan kami di lahan parkir yang berada di tepi jalan dan tidak terlalu luas. Hujan rintik-rintik mulai turun namun masih banyak saja orang yang datang berbondong-bondong untuk menyaksikan festival tersebut. Hari itu hari Selasa tanggal 18 Desember 2012, waktu menunjukkan pukul 19.30 WIB, hari kedua dalam rangkaian Festival Seni Budaya Melayu yang diadakan di Pontianak. Kami yang tidak mengetahui jadwal dan rangkaian acara hari itu bermaksud mencari tahu dengan bertanya pada tukang parker yang sibuk memarkirkan motor kami. “Jadwal susunan acaranya ada di depan pintu masuk, Dek.” Kata salah seorang tukang parkir tersebut kepada kami. Dengan penuh semangat diselinggi tawa kami memasuki halaman Rumah Adat Melayu tersebut.
Memasuki halaman gedung, kiri kanan jalan masuk berjejer stan-stan dari berbagai daerah yang menjadi peserta festival tersebut. Dengan rata-rata berlatar belakang warna kuning dan hijau yang merupakan warna khas Melayu halaman tersebut tampak meriah dengan perpaduan warna latar stan dan lampu-lampu warna warni.
Saya menyempatkan diri melihat pada salah satu stan yang berada tepat di depan saya. Di atas pintu masuk terdapat tulisan yang menunjukan bahwa stan tersebut merupakan standari daerah Sambas. Saya sangat penasaran dengan apa yang berada didalam stan tersebut. Memasuki stan, berjejer rak-rak yang dipenuhi barang-barang yang dipajang. Mata saya tertuju pada bungkusan yang berda di rak. Terbyata bungkusan tersebut adalah bubur pedas instan. Bubur pedas yang merupakan makanan khas dari Sambas kini dikemas dengan lebih modern dan praktis. Dalam bungkusan bubur pedas tersebut dipasarkan hanya tinggal menambah sayur-sayuran saja sehingga tidak terlaru repot. Ada pula beberapa souvenir seperti gantungan kunci yang merupakan hasil dari pengawetan hewan seperti kumbang dan ikan kecil. Di rak yang berbeda dijual kain songket dan peci khas Sambas. Adapula beberapa hasil pengawetan kupu-kupu dan kadal yang dikemas dalam bingkai dan dijual dengan harga berkisar Rp 50.000-Rp 100.000.
Beberapa orang terlihat berbondong-bondong menaiki tangga memasuki rumah adat melayu. Saya dan teman-teman yang penasaran mulai mengikuti rombongan orang-orang tersebut. Tampak banyak orang, baik laki-laki dan perempuan yang menggunakan pakaian adat melayu memasuki gedung tersebut. Mungkin mereka salah satu peserta dari festival yang diadakan.
Gedung yang kami masuki penuh sesak dengan penonton. Di bagian samping pintu masuk berjejer lukiasan motif-motif batik dari beberapa Kabupaten. Lukisan ini merupakan hasil karya peserta yang mengikuti Tangkai merancang motif Melayu yang berlangsung pukul 08.00-11.00 WIB di Gedung tersebut. Motif-motif tersebut tampak menarik dan indah. Dengan permainan pada warna sehingga menampilkan kombinasi warna yang memukau. Betapa kayanya budaya Melayu. Memasuki dalam gedung hanya ada beberapa kursi yang memenuhi setengah dari gedung dan tentu saja tidak memadai untuk keseluruhan jumlah pengunjung yang hadir di dalam gedung. Banyak penonton yang akhirnya memutuskan untuk berdiri di belakang kursi yang sudah penuh terisi. Saya dan teman-teman yang datang sudah terlalu malam ikut tak mendapatkan kursi dan harus berdiri.
Dengan latar layar kuning dan hijau dilengkapi dengan sorot lampu warna-warni, panggung tersebut nampak sangat meriah. MC mulai menyampaikan salam pembuka. Hari itu merupakan rangkaian acara Tangkai Tari Jepin Tradisional. MC membacakan beberapa peserta yang ikut ambil bagian dalam acara tersebut. Daerah-daerah tersebut antara lain Pontianak, Kubu Raya, Kayong, Sintang, Sekadau, Melawi, Sambas, Kapuas Hulu, Singkawang, dan Bengkayang. Setelah acara selesai akan ada hiburan yang dibawakan oleh para penari jepin dari Malaysia sebagai bintang tamu. MC kemudian menambah dengan meembacakan peraturan dan tata tertib yang harus diikuti oleh para penonton demi kelancaran perlombaan jepin tersebut. Peraturan tersebut antara lain penonto hanya diperbolehkan untuk memberikan tepuk tangan sebelum dan sesudah penampilan peserta agar tidak mengganggu dalam konsentrasi para peserta , para fotografer yang inginmengambil gambar tidak diperbolehkan menggunakan lampu blits.
Lampu utama dalam ruangan mulai diredupkan yang menandakan acara Festival Seni dan Budaya Melayu VIII akan segera dimulai. Di depan panggung terdapat tiga kursi lengkap dengan meja untuk para juri. Para juri merupakan orang-orang yang sudah ahli dalam bidang seni tari, musik dan teater. MC memanggil nomor undian satu, yaitu peserta yang berasak dari Pontianak. Tepuk tangan meriah mulai memenuhi seluruh ruangan saat para peserta memasuki panggung. Tampak empat orang laki-laki muda seumuran SMA dengan menggunakan pakaian daerah melayu serba kuning dan dilengkapai dengan bamboo di tangan mereka masing-masing. Saat musik mulai berbunyi mereka mulai lincah bergerak dengan langkah yang serempak. Sesekali mereka berbalik, berputar dan saling memukulkan bamboo yang mereka pegang satu dengan yang lainnya. Beberapa orang penonton disamping saya nampak kurang tertarik dan terhibur dengan tarian mereka. Memang nampak agak monoton. Dengan durasi kira-kira 5 menit music pun berhenti dan tarian peserta undian pertama selesai.
MC mulai membangkitkan kembali suasana dalam ruangan kemudian memanggil peserta dengan nomor undian dua yang berasal dari daerah Kayong Utara. Sebelum music mulai dimainkan, MC membacakan sinopsis dari tarian jepin yang akan dibawakan oleh peserta. Jepin yang dibawakan peserta kali ini diberi nama Jepin Senggayong. Senggayong merupakan alat yang terbuat dari bambu yang dipukul-pukulkan satu sama lain untuk menghasilkan bunyi. Hal ini biasa dilakukan masyarakat di daerah Sukadana saat mereka menunggu jatuhnya durian di malam hari. Peserta kali ini terdiri dari enam orang perempuan dengan pakaian adat melayu serba merah. Tarian mereka nampak serasi dengan sorot lampu yang merah pula.
Selepas tepuk tangan penonton untuk peserta undian dua, MC memanggil peserta dengan nomor undian tiga yaitu peserta dari Kapuas Hulu. Tari jepin dari Kapuas Hulu ini berjudul Tari Jepin Nona Kapuas. Tarian ini menceritakan kehidupan gadis-gadis melayu Kabupaten Kapuas Hulu. Dengan langkah serong, langkah campur manis dan langkah gerakan lain tari jepin kreasi ini ditampilkan dengan perpaduan gerakan yang dibawa oleh para pedagang dan penjajah zaman Jepang. Tarian jepin dibawakan oleh 3 orang perempuan dengan berpakaian serba kuning dan sorot lampu panggung kuning pula. Gerakan lebih dominan lambat namun semakin lama semakin cepat dan lincah. Nampak wajah penonton terhibur dan terbukti dengan banyaknya tepuk tangan di akhir tarian.
Peserta selanjutnya adalah peserta dari daerah Sambas dengan jepin yang menceritakan tradisi melayu Sambas. Bentuk tradisi ini biasa dibawa untuk media dakwah dan mengandung pesa-pesan moral. Dengan alat musik gambus dan ketipung diiringi bahasa melayu para penari berjumlah enam orang yang berpakaian biru mulai nampak lincah menari. Gerakan lebih didominasi gerakan lambat dan melambai-lambai. Namun tarian dari peserta Sambas tersebut tidak membuat penonton puas. Hal ini tampak dari para penonton yang mulai tampak bubar meninggalkan ruangan.
Disusul kemudian dengan peserta selanjutnya dari Kabupaten Sekadau. Tarian jepin yang mereka bawakan berjudul Jepin Bekesot. Jepin Bekesot merupakan tradisi yang dilakukan nenek moyang zaman dahulu yang sudah berumur berabad-abad dan merupakan sejarah peninggalan. Jepin ini ditampilkan saat aka nada adat pernikahan yang dilakukan di malam hari dan berakhir di subuh hari. Dapat pula sebagai tarian penyambutan tamu dalam acara-acara besar. Keindahan tarian jepin ini dapat dilihat dari keserasian kaki dan tangan. Dengan lampu kuning sebaqgai lampu sorot penunjang penampilan, tarian ini dibawakan sangat apik oleh 6 orang gadis dengan pakaian adat serba hijau. Tarian dilakukan dengan awal;an gerakan duduk kemudian tampak semakin lincah. Penonto memberikan tepuk tangan serempak sebagai tanda tarian dimulai.
Hujan pun tak kalah ikut mewarnai festival malam itu, sehingga hujan deras melanda daerah sekitar tempat festival. Para penonton tampk semakin sedikit dan meniinggalkan ruangan. Saya dan teman-teman memutuskan untuk menghentikan peliputan dari festival hari ini. Malam semakin larut dan tarian jepin dari peserta Sekadau menjadi tarian jepin terakhir yang menutup rangkaian peliputan kami malam itu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar