TANGKAI VOCAL GROUP LAGU DAERAH FESTIVAL
SENI
BUDAYA MELAYU VIII
Gedung Rumah Adat Melayu tersebut nampak
penuh sesak dengan pengunjung. Hari itu tanggal 19 Desember 2012. Waktu
menunjukkan pukul 19.30 WIB. Hari sudah lumayan larut namun acara belum juga
dimulai. Saya dan teman-teman kali ini kembali untuk menonton rangkaian acara
yang ada dalam Festival Seni Budaya Melayu. Saya berjalan menaiki tangga gedung
dan sangat mengejutkan karena jumlah peonton kali ini lebih banyak dibandingkan
sebelumnya.
Melihat
penonton yang penuh sesak di dalam gedung dan tidak mendapat tempat duduk
karena kurangnya jumlah tempat duduk yang disediakan panitia, maka panitia
memutuskan untuk memperbolehkan penonton untuk menonton di bagian depan
panggung tanpa kursi. Kegiatan menonton festival kali ini tampak menarik karena
penonton diperbolehkan untuk lesehan di depan panggung sehingga tampak santai
dan bersahabat.
Malam itu merupakan lanjutan dari
Festival Seni Budaya Melayu VIII yang diadakan MABM Kalimantan Barat. Menurut
jadwal yang tetera di depan pintu masuk, malam itu diadakan Tangkai Vocal Group
Lagu Daerah. MC mulai membacakan peraturan yang harus dipenuhi para penonton
agar perlombaan berjalan lancar. Penonton dilarang merokok di dalam ruangan, tidak mengambil gambar dengan
lampu blits dan hanya memberikan tepuk tangan diawal dan akhir penampilan.
Tangkai vocal group kali ini diikuti
oleh kabupaten-kabupaten di Kalimantan Barat dan penjurian dilakukan oleh 3 orang juri professional
antara lain M.Rifai yang sudah 2 kali menjadi juri vocal group pada Festival
Seni Budaya Melayu. Beliau sudah 3 kali menjadi juara bintang radio dan
televise yang sekarang berprofesi sebagai guru di SMA Muhammadiyah 1. Juri
kedua yaitu Hj.Dedy Jukni yang sudah 4 tahun berturut-turut menjadi juri vocal
group pada Festival Seni Budaya Melayu. Beliau adalah seorang pemusik dan
pelatih vocal. Sekarang berkerja sebagai seorang wiraswasta. Juri terakhir
yaitu Sunardi, rukgemen tidak pernah terkalahkan dalam lomba oleh group
manapun. Beliau sudah 4 tahun menjadi juri vocal group pada Festival Seni
Budaya Melayu sekaligus sebagai penyiar TVRI khusus program acara hiburan dan
budaya.
Acara segera dimulai yang ditandai
dengan sambutan oleh MC. Suara meriam menggelegar tanda acara dibuka. Acara
dimulai dengan penampilan peserta nomor undian pertama yang berasal dari
Kabupaten Kapuas Hulu. Vocal group dibawakan oleh 4 orang panyanyi dengan masing-masing
2 orang perempuan dan 2 orang laki-laki. Konsep tampilan peserta dibuat
berpasangan. Mereka tampak apik dengan berpakaian warna hijau. Keempat penyanyi
tersebut diiringi oleh 5 orang pemusik dengan berpakaian hijau yang terdiri
dari 1 gitaris tradisional, 3 gitaris modern dan 1 orang memainkan gendang. Lagu
pertama yang merupakan lagu wajib dari lomba vocal group yaitu Kopi Pancung dan
lagu pilihan Dara Sengkumang. Lagu Kopi Pancung dibawakan dengan sangat baik.
Para penonton tampak terpukau dengan penampilan mereka. Lagu dibawakan sambil
menari dan bergoyang. Yang menarik dan menjadi pusat perhatian kami adalah
peserta paling kanan penonto. Ia tampak sangat lincah dan ekspresif dalam
manyanyikan lagu Kopi Pancung. Lagu kedua dibawa dengan konsep seperti drama
dan peserta ikut menari dan bergoyang.
Peserta kedua berasal dari Kabupaten
Kayong Utara. Vocal group dibawakan oleh 7 orang penyanyi yang masing-masing 2
orang laki-laki dan 5 orang perempuan. Mereka tampak cerah dan meriah dengan
pakaian berwarna oren terang. Diiringi dengan para pemusik yang berpakaian
hijau dengan komposisi 1 orang memainkan akordion, 1 orang gitaris dan 1 orang
pemain gendang. Lagu wajib Kopi Pancung dibawakan dengan cukup baik. Lagu
pilihan yang kedua berjudul Sukadana. Penonton tampak bertepuk tangan saat
peserta mulai menyanyikan lagu mereka. Sangat disayangkan, suara mereka
terdengar kurang jelas dan terpecah karena mik yang digunakan terlalu jauh
dengan mulut mereka. Pengucapan dari setiap kata terdengar kurang jelas sehingga
syair dari lagu kedua yang berjudul Sukadan tidak diketahui dengan jelas. Namun
penyanyi nampak bersemangat dan tetap bernyanyi sambil menari dan sesekali
bergoyang kiri ke kanan dan kanan ke kiri. Mereka tampak serempak bergoyang.
Setelah tampilan dari peserta kedua
MC memanggil peserta dengan nomor undian tiga. Peserta ketiga berasal dari
Kabupaten Singkawang. Peserta kali ini terdiri dari 4 orang perempuan dan 1
orang laki-laki. Para penyanyi menggunakan pakaian berwarna merah dan hujau.
Penyanyi diiringi oleh 5 orang pemusik yang terdiri dari 2 orang pemain
gendang, 1 orang gitaris, 1 orang pemain cello dan 1 orang pemain akordion. Namun
penampilan mereka terhambat oleh cek sound yang memakan waktu bermenit-menit.
Tampak penonton mulai bosan menunggu karena cek sound yang lama dan tanpa
persiapan. Juri pun nampak tidak sabar dan sesekali memanggil panitia untuk
memastikan kapan lagu pertama dapat mulai dinyanyikan. Tak lama kemudian, cek
sound selesai dan lagu pertama pun dimulai. Penonton nampak bertepuk tangan dan
terdengar banyak pendukung dari peserta asal Singkawang ini. Penantian yang
lama karena cek sound, seketika terbayar oleh suara yang indah dari para
penyanyi dengan yang wajah cantik. Peserta dari Singkawang berhasil menghibur
dan memukau penonton. Lagu pertama merupakan lagu wajib Kopi Pancung. Para
penyanyi tampak menyanyi dengan merdu diselinggi dengan goyangan yang gemulai.
Para pengiring musik dalam tampilan peserta ini, berlaku pula sebagai backing
vocal. Riuh tepuk tangan penonton terdengar memenuhi ruangan tanda peserta
berhasil mehibur penonton. Lagu kedua berjudul Ngeramok diawali dengan tepukan
gendang dan suara merdu dari kerincingan. Saya pun berkesempatan untuk sedikit
bertanya-tanya dengan seorang bocah yang duduk di sebelah saya. “Kakak itu
cantik sekali.” ujar bocah yang mengaku bernama Habib, siswa SMP 22 yang duduk
di kelas 1 bersama temannya yang bernama Alib.
Waktu pun berlalu begitu cepat. Jam
tangan saya sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB namun peserta yang tampil baru
sampai pada undian ketiga. Saya dan teman-teman memutuskan untuk mengakhiri
peliputan kami pada Tangkai Vocal Group Lagu Daerah malam ini. Saat MC
memberikan sambutan sebelum tampilan peserta berikutnya, kami pun bangkit
berdiri dan meninggalkan gedung tersebut. Festival Seni Budaya Melayu terus
berlangsung dengan lancar.
LINCAH GEMULAI LANGKAH TANGKAI TARI
JEPIN
Sepeda
motor dan mobil mulai memadati Rumah Adat Melayu yang berada di daerah Kota
Baru yang menjadi tempat berlangsungnya Festival Seni Budaya Melayu VIII
Kalimantan Barat Tahun 2012 M Tahun 1434 H. Festival ini diadakan oleh Majelis
Adat Budaya Melayu Kalimantan Barat yang diikuti oleh seluruh kabupaten di
Kalimantan Barat.
Saya
dan teman-teman mulai memarkirkan kendaraan kami di lahan parkir yang berada di
tepi jalan dan tidak terlalu luas. Hujan rintik-rintik mulai turun namun masih
banyak saja orang yang datang berbondong-bondong untuk menyaksikan festival
tersebut. Hari itu hari Selasa tanggal 18 Desember 2012, waktu menunjukkan pukul
19.30 WIB, hari kedua dalam rangkaian Festival Seni Budaya Melayu yang diadakan
di Pontianak. Kami yang tidak mengetahui jadwal dan rangkaian acara hari itu
bermaksud mencari tahu dengan bertanya pada tukang parker yang sibuk
memarkirkan motor kami. “Jadwal susunan acaranya ada di depan pintu masuk,
Dek.” Kata salah seorang tukang parkir tersebut kepada kami. Dengan penuh
semangat diselinggi tawa kami memasuki halaman Rumah Adat Melayu tersebut.
Memasuki
halaman gedung, kiri kanan jalan masuk berjejer stan-stan dari berbagai daerah
yang menjadi peserta festival tersebut. Dengan rata-rata berlatar belakang
warna kuning dan hijau yang merupakan warna khas Melayu halaman tersebut tampak
meriah dengan perpaduan warna latar stan dan lampu-lampu warna warni.
Saya
menyempatkan diri melihat pada salah satu stan yang berada tepat di depan saya.
Di atas pintu masuk terdapat tulisan yang menunjukan bahwa stan tersebut
merupakan standari daerah Sambas. Saya sangat penasaran dengan apa yang berada
didalam stan tersebut. Memasuki stan, berjejer rak-rak yang dipenuhi
barang-barang yang dipajang. Mata saya tertuju pada bungkusan yang berda di
rak. Terbyata bungkusan tersebut adalah bubur pedas instan. Bubur pedas yang
merupakan makanan khas dari Sambas kini dikemas dengan lebih modern dan
praktis. Dalam bungkusan bubur pedas tersebut dipasarkan hanya tinggal menambah
sayur-sayuran saja sehingga tidak terlaru repot. Ada pula beberapa souvenir
seperti gantungan kunci yang merupakan hasil dari pengawetan hewan seperti
kumbang dan ikan kecil. Di rak yang berbeda dijual kain songket dan peci khas
Sambas. Adapula beberapa hasil pengawetan kupu-kupu dan kadal yang dikemas
dalam bingkai dan dijual dengan harga berkisar Rp 50.000-Rp 100.000.
Beberapa
orang terlihat berbondong-bondong menaiki tangga memasuki rumah adat melayu.
Saya dan teman-teman yang penasaran mulai mengikuti rombongan orang-orang
tersebut. Tampak banyak orang, baik laki-laki dan perempuan yang menggunakan
pakaian adat melayu memasuki gedung tersebut. Mungkin mereka salah satu peserta
dari festival yang diadakan.
Gedung
yang kami masuki penuh sesak dengan penonton. Di bagian samping pintu masuk
berjejer lukiasan motif-motif batik dari beberapa Kabupaten. Lukisan ini
merupakan hasil karya peserta yang mengikuti Tangkai merancang motif Melayu
yang berlangsung pukul 08.00-11.00 WIB di Gedung tersebut. Motif-motif tersebut
tampak menarik dan indah. Dengan permainan pada warna sehingga menampilkan
kombinasi warna yang memukau. Betapa kayanya budaya Melayu. Memasuki dalam gedung
hanya ada beberapa kursi yang memenuhi setengah dari gedung dan tentu saja
tidak memadai untuk keseluruhan jumlah pengunjung yang hadir di dalam gedung.
Banyak penonton yang akhirnya memutuskan untuk berdiri di belakang kursi yang
sudah penuh terisi. Saya dan teman-teman yang datang sudah terlalu malam ikut
tak mendapatkan kursi dan harus berdiri.
Dengan
latar layar kuning dan hijau dilengkapi dengan sorot lampu warna-warni,
panggung tersebut nampak sangat meriah. MC mulai menyampaikan salam pembuka. Hari
itu merupakan rangkaian acara Tangkai Tari Jepin Tradisional. MC membacakan
beberapa peserta yang ikut ambil bagian dalam acara tersebut. Daerah-daerah
tersebut antara lain Pontianak, Kubu Raya, Kayong, Sintang, Sekadau, Melawi,
Sambas, Kapuas Hulu, Singkawang, dan Bengkayang. Setelah acara selesai akan ada
hiburan yang dibawakan oleh para penari jepin dari Malaysia sebagai bintang
tamu. MC kemudian menambah dengan meembacakan peraturan dan tata tertib yang
harus diikuti oleh para penonton demi kelancaran perlombaan jepin tersebut.
Peraturan tersebut antara lain penonto hanya diperbolehkan untuk memberikan
tepuk tangan sebelum dan sesudah penampilan peserta agar tidak mengganggu dalam
konsentrasi para peserta , para fotografer yang inginmengambil gambar tidak
diperbolehkan menggunakan lampu blits.
Lampu
utama dalam ruangan mulai diredupkan yang menandakan acara Festival Seni dan
Budaya Melayu VIII akan segera dimulai. Di depan panggung terdapat tiga kursi
lengkap dengan meja untuk para juri. Para juri merupakan orang-orang yang sudah
ahli dalam bidang seni tari, musik dan teater. MC memanggil nomor undian satu,
yaitu peserta yang berasak dari Pontianak. Tepuk tangan meriah mulai memenuhi
seluruh ruangan saat para peserta memasuki panggung. Tampak empat orang
laki-laki muda seumuran SMA dengan menggunakan pakaian daerah melayu serba
kuning dan dilengkapai dengan bamboo di tangan mereka masing-masing. Saat musik
mulai berbunyi mereka mulai lincah bergerak dengan langkah yang serempak.
Sesekali mereka berbalik, berputar dan saling memukulkan bamboo yang mereka
pegang satu dengan yang lainnya. Beberapa orang penonton disamping saya nampak
kurang tertarik dan terhibur dengan tarian mereka. Memang nampak agak monoton.
Dengan durasi kira-kira 5 menit music pun berhenti dan tarian peserta undian
pertama selesai.
MC
mulai membangkitkan kembali suasana dalam ruangan kemudian memanggil peserta
dengan nomor undian dua yang berasal dari daerah Kayong Utara. Sebelum music
mulai dimainkan, MC membacakan sinopsis dari tarian jepin yang akan dibawakan
oleh peserta. Jepin yang dibawakan peserta kali ini diberi nama Jepin
Senggayong. Senggayong merupakan alat yang terbuat dari bambu yang
dipukul-pukulkan satu sama lain untuk menghasilkan bunyi. Hal ini biasa
dilakukan masyarakat di daerah Sukadana saat mereka menunggu jatuhnya durian di
malam hari. Peserta kali ini terdiri dari enam orang perempuan dengan pakaian
adat melayu serba merah. Tarian mereka nampak serasi dengan sorot lampu yang
merah pula.
Selepas
tepuk tangan penonton untuk peserta undian dua, MC memanggil peserta dengan
nomor undian tiga yaitu peserta dari Kapuas Hulu. Tari jepin dari Kapuas Hulu
ini berjudul Tari Jepin Nona Kapuas. Tarian ini menceritakan kehidupan
gadis-gadis melayu Kabupaten Kapuas Hulu. Dengan langkah serong, langkah campur
manis dan langkah gerakan lain tari jepin kreasi ini ditampilkan dengan
perpaduan gerakan yang dibawa oleh para pedagang dan penjajah zaman Jepang.
Tarian jepin dibawakan oleh 3 orang perempuan dengan berpakaian serba kuning dan
sorot lampu panggung kuning pula. Gerakan lebih dominan lambat namun semakin
lama semakin cepat dan lincah. Nampak wajah penonton terhibur dan terbukti
dengan banyaknya tepuk tangan di akhir tarian.
Peserta
selanjutnya adalah peserta dari daerah Sambas dengan jepin yang menceritakan
tradisi melayu Sambas. Bentuk tradisi ini biasa dibawa untuk media dakwah dan
mengandung pesa-pesan moral. Dengan alat musik gambus dan ketipung diiringi
bahasa melayu para penari berjumlah enam orang yang berpakaian biru mulai nampak
lincah menari. Gerakan lebih didominasi gerakan lambat dan melambai-lambai.
Namun tarian dari peserta Sambas tersebut tidak membuat penonton puas. Hal ini
tampak dari para penonton yang mulai tampak bubar meninggalkan ruangan.
Disusul
kemudian dengan peserta selanjutnya dari Kabupaten Sekadau. Tarian jepin yang
mereka bawakan berjudul Jepin Bekesot. Jepin Bekesot merupakan tradisi yang
dilakukan nenek moyang zaman dahulu yang sudah berumur berabad-abad dan
merupakan sejarah peninggalan. Jepin ini ditampilkan saat aka nada adat
pernikahan yang dilakukan di malam hari dan berakhir di subuh hari. Dapat pula
sebagai tarian penyambutan tamu dalam acara-acara besar. Keindahan tarian jepin
ini dapat dilihat dari keserasian kaki dan tangan. Dengan lampu kuning sebaqgai
lampu sorot penunjang penampilan, tarian ini dibawakan sangat apik oleh 6 orang
gadis dengan pakaian adat serba hijau. Tarian dilakukan dengan awal;an gerakan
duduk kemudian tampak semakin lincah. Penonto memberikan tepuk tangan serempak
sebagai tanda tarian dimulai.
Hujan
pun tak kalah ikut mewarnai festival malam itu, sehingga hujan deras melanda
daerah sekitar tempat festival. Para penonton tampk semakin sedikit dan
meniinggalkan ruangan. Saya dan teman-teman memutuskan untuk menghentikan peliputan
dari festival hari ini. Malam semakin larut dan tarian jepin dari peserta
Sekadau menjadi tarian jepin terakhir yang menutup rangkaian peliputan kami
malam itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar