Selasa, 08 Januari 2013

YUKINA F01111016



Liputan Festival Budaya Melayu dan Seminar Internasional Melayu Gemilang
Malam itu tepat pukul 20.00 petang saya dan teman-teman tiba di gedung megah bak istana itu, telah tampak sekumpulan orang-orang mencoba masuk kedalam sana, saya dan teman-teman pun ikut melangkahkan kaki untuk masuk kedalam dan melawati jalan yang tergenang air akiabat bidadari mandi dan menjatuhkan airnya kebumi. 

Baru memasuki bagian luar dari gedung berbagai aroma pun telah tercium karena saking ramai nya pengunjung dan saling berdesakan untuk masuk kedalam, tampak banyak sekali didirikan stand – stand oleh mereka yang memanfaatkan moment ini sebagai ajang mencari sesuap nasi yang hanya dapat mereka temui setahun sekali.

Hal ini cukup menarik minat pengunjung yang mungkin juga datang dari luar daerah Pontianak ini, saya dan teman – teman pun terus berlalu melawati orang-orang yang berada di sekitar stand –stand tersebut, hati terus terpanggil untuk memasuki sebuah gedung yang terlihat sangat di padati oleh makhluk tuhan yang disebut manusia itu.

Semakin dekat semakin padat pula kerumunan orang-orang, hingga sampai lah saya dan teman-teman di depan pintu masuk utama, begitu tercengang nya kami terlihat didalam gedung yang bagaikan istana itu telah terhias rapi dengan menggunakan kain hijau, kuning dan putih, para tamu undangan dan penonton pun telah duduk manis didalam sana. Dan ternyata kami datang terlat sehingga tidak mendapatkan kehormatan untuk dapat duduk layaknya tamu seperti penonton lainnya.

Hati mulai gundah pada malam itu karena rasanya konyol sekali berdiri dikeramayan orang-orang sedangkan yang lain duduk rapi, tetapi tiba-tiba terdengar dari sudut pojok kiri seorang wanita yang ternyata adalah MC menyatakan bahwa penonton yang tidak mendapat bangku boleh duduk lesehan di belakang juri, wajah yang tadinya suram pun kembali bersemangat dan segera melangkahkan kaki dengan bangganya karena merasa terhormat telah terpanggil duduk lesehan dibelakang juri.

Adu sikut pun terjadi saat mencoba mendapatkan posisi yang  pas untuk menonton, yah tidak heran nama nya juga manusia. Setelah semua penonton terlihat sudah memenuhi gedung dengan rapi, dan lagi-lagi terdengar dari sudut pojok kiri yang tadi sudah saya sebutkan di paragraph atas profesinya, menyatakan bahwa acara  lomba vocal group lagu daerah akan segera dimulai, ujar wanita yang entah dimana posisi nya yang sebenarnya karena yang terdengar hanya suaranya.

Suara tadi menggema didalam gedung yang telah dibanjiri penonton yang begitu antusias, “dilarang merokok, tepuk tangan hanya boleh dilakukan sebelum dan sesudah peserta tampil, foto grafer yang hadir tidak boleh menggunakan blitz” ujar MC tadi yang ternyata sedang membacakan  peraturan bagi orang-orang yang berada  didalam gedung.

Setelah melontarkan celotehan nya tadi yang mengandung sarat, MC pun memanjatkan do’a kepada sang Kuasa agar acara dapat berjalan dengan lancar sampai dengan selesai, sesaat kemudian nama-nama orang penting yang menjadi juri pada malam itu mulai diperkenalkan satu per satu dan juga para pejabat asal daerah para peserta yang hadir tak luput diperkenalkan oleh sang MC yang sekali lagi letaknya masih belum saya ketahui.

Saat suasana sedang hening didepan sedangkan makhluk-makhluk yang disebut manusia sibuk berceloteh dengan sesamanya, tiba-tiba semua orang dikagetkan dengan tiga kali ledakan yang awalnya saya kira itu adalah Bom yang dibawa oleh teroris untuk mengacaukan acara ini, sontak fikiran menjadi bercampur aduk, tetapi skali lagi itu hanya lah hayalan, ternyata bunyi ledakan itu adalah meriam yang notabene nya adalah ciri khas dari kebudayaan Pontianak yang sengaja dinyalakan sebagai tanda acara telah dimulai.

“ini dia peserta pertama asal Kapuas Hulu kita persilahkan untuk naik keatas panggung” ujar si MC dengan nadanya yang halus dan bersemangat, sontak penonton yang berasal dari Kapuas hulu pun seketika bersorak memberikan suport kepada peserta yang berasal dari tanah kelahiran mereka, peserta yang terdiri dari 8 pria dan 2 wanita yang mengenakan pakaian serba hijau muda telah siap berbaris didepan panggung, 2 orang wanita dan 2 orang laki-laki sebagai penyanyi dan yang lain membawakan alat musik.

Cheek sound telah mereka lakukan dan tiba saat nya mereka membawakan lagu wajib Kopi Pancong dan lagu asal daerah mereka yaitu Dara Sempoa, music mulai mengalun dengan merdu dan penyanyi pun mulai berdendang sembari bergoyang mengikuti alunan music, mereka pun bersahut-sahutan menyanyikan lagu bak sebuah pementasan drama musical, semua yang hadir focus kepada peserta pertama ini, jari-jari sang juri mulai digerakkan mencoret kertas yang telah disiapkan untuk memberikan penilaian.

Disamping kanan saya kebetulan teman saya sendiri yang memang sejak kecil hidup dan minum air dari daerah Kapuas Hulu nya tercinta itu begitu bersemangat bersorak, “Kapuas hulu men, semangat lah aku” ujar teman saya yang terlanjur bersemangat itu sebut saja Desi. “des-des sabar des, banyak orang liat dibelakang, malu ih “ sahut saya sambil cekikikan menyela desi yang cinta Kapuas Hulu itu. Setelah semua lagu selesai dinyanyikan, penonton pun riuh bertepuk tangan, termasuk teman saya yang disamping ini, peserta pun meninggalkan panggung dengan wajah yang berseri-seri, sepertinya mereka puas dengan penampilannya malam ini.

“yah bagus sekali penampilan dari Kapuas Hulu malam ini” sahut si MC memberikan pernyataan, dan MC pun mempersilahkan peserta kedua untuk naik ke atas panggung dan langsung melakukan chek sound, peserta asal Kayong Utara pun naik keatas panggung dengan mengenakan pakaian hijau tua dan kuning, terdiri dari 5 orang laki-laki dan 5 orang perempuan, pada peserta kedua ini, sound sedikit bermasalah sehingga memakan waktu yang cukup lama untuk memulai acara.

Setelah beberapa saat acara pun dapat dilangsungkan, peserta asal Kayong Utara ini menyanyikan lagu wajib Kopi Pancong dan Suka Dane asal daerah mereka, dan sekarang giliran teman sebelah kiri saya yang sangat antusias begitu Kayong Utara disebutkan oleh MC, sebut saja dia Arisya, “ngape kau semangat cung” sahut saya heran dengan teman sebelah kiri saya ini, “yelah Kayong Utara kan, asal abang itu lah” ujar dia sambil tersipu malu, ternyata Kayong Utara adalah daerah asal pria yang dicintainya, kami kembali cekikikan melihat tingkah konyolnya itu.

Lanjut lagi kami fokuskan ke peserta kedua ini, mereka menggunakan formasi horizontal dengan 5 penyanyi wanita dan 2 penyanyi laki-laki, ada seorang peserta wanita yang sangat bersemangat sekali bernyanyi dan menari sampai-sampai ditengah-tengah acara berlangsung, wanita ini melakukan kesalahan sehingga mengundang tawa para penonton, tetapi wanita ini dengan PD nya kembali melanjutkan goyangannya itu dan yang pasti tetap bersemangat. Tangan-tangan para juri pun mulai menuliskan penilaian nya.

Penampilan asal Kayong Utara pun berakhir dengan tepuk tangan yang meriah dari penonton dan juga teman kiri saya yang masih sangat bersemangat. MC pun memanggil peserta ketiga yang telah siap dibelakang panggung untuk segera naik ke atas panggung, peserta ketiga asal Singkawang ini pun naik keatas panggung, sontak semua mata terpukau karena penampilannya begitu memukau yang terdiri dari 6 orang laki-laki dan 4 orang wanita yang cantik-cantik menggunakan pakaian merah lengkap dengan pernak-perniknya

Pandangan saya sempat terhenti ketika melihat dua orang anak kecil didepan saya sibuk memperebutkan wanita cantik yang telah berdiri didepan. “ cewek aku tuh yang idung nye mancung, kau yang mane” saut anak kecil tadi, sebut saja habibi, “ aku yang sebelahnye tu yang kaya lady gaga” ujar anak kecil yang entah siapa nama nya itu. Konyol sekali anak seusia itu sudah pandai berkomentar tentang penampilan seseorang.

Peserta asal singkawang ini cukup meriah karena membawa banyak sekali peralatan music, mereka membawakan lagu wajib Kopi Pancong dan lagu asal singkawang yaitu Ngeramok, saat semua mata tertuju pada penampilan pada peserta ke tiga ini, saya melihat kearah juri, seputar kilas balik celotehan MC diawal acara tadi disebutkan bahwa dilarang merokok diruangan ini, nah entah kenapa seorang juri yang duduk pas dihadapan saya ini sedang asik membakar sepuntung rokok dan kemudian menghisapnya.

Aneh sekali, entah apa yang ada dibenak nya pada saat itu, padahal peraturan dari MC sudah sangat lantang diucapkan dan juga sama sekali tidak ada teguran dari pihak penyelenggara, apa mungkin karena beliau notabenenya adalah seorang juri sehingga ada sebuah pengecualian, tapi sudahlah anggap saja hal itu tidak pernah terjadi dan hanya saya yang melihatnya. Mungkin seperti itu jugalah kenyataan yang ada didunia politik negeri kita nan indah ini. Yang berjabatan yang lebih berkuasa.
Waktu berlalu begitu cepat tidak terasa hari semakin petang walaupun orang-orang masih banyak sekali memadati gedung ini dan bahkan ada yang baru saja tiba, tetapi kami tetap memutuskan untuk menyudahi tontonan kami ini dan segera melangkahkan kaki ke pintu keluar di sebelah kiri tentu saja dengan cara berdesak-desakan seperti segerombolan semut yang melihat setitik gula. Setelah melalui segerombolan orang-orang yang padat tadi, baru lah terasa dapat menghirup udara yang segar seperti burung yang baru lepas dari sangkar.

Hari berikutnya tepat tanggal 21 desember 2012 kami pun berbondong-bondong mengikuti Seminar Internasional Melayu Gemilang yang diadakan di sebuah penginapan yang familiar disebut Hotel Orchardz, setibanya disana kami telah disambut oleh panitia yang bersiap mengantar kan kami keruang seminar, tibalah kami disebuah ruangan yg tidak terlalu luas dan sudah terisi oleh para pemateri dan peserta lainnya, disana juga terdapat beberapa dosen dari fakultas kami.

Seorang pemateri mulai dipersilahkan maju kedepan untuk membahas materi yang telah dipersiapkannya, seorang wanita berkerudung berjalan kedepan sambil membawa laptopnya, beliau ialah Ramadania seorang dosen dari Fakultas Ekonomi dengan membawakan materi yang berjudul “Etnosentrisme Konsumen dan Sikap terhadap produk-produk Malaysia dan amerika” dengan lantang beliau membacakan judul tersebut, sepertinya menarik membahasnegara serumpun ini dan perbandingannya dengan Negara maju.

Dari materi yg dibacakan, beliau mengatakan bahwa citera produk Malaysia terutama makanan, sangat mendominasi di Indonesia dan dalam waktu 6 bulan meningkat 40% dan devisitnya pun semakin meningkat, Indonesia menjadi pengaruh besar dari meningkatnya Devisa tersebut, Ramadania beserta team nya melakukan penelitian mengambil perbandingan antara produk Malaysia dan Amerika yang melakukan intervensi diberbagai Negara, lokasi penelitian diadakan dikalbar dengan perbandingan suara antara masyarakat pedalaman dan masyarakat kota.

“Penelitian ini menggunakan skala pengukuran sekunder variable” ujar si pemateri mempertegas, berdasarkan survei penduduk perkotaan ditarik kesimpulan yang menyatakan bahwa produk Amerika lebih diminati dibanding Malaysia dikarenakan adanya pandangan bahwa Amerika adalah Negara maju sehingga produknya pasti berkualitas,  sedangkan pada penduduk pedalaman khusunya perbatasan mereka lebih memilih produk dari Malaysia karena jarak yang dinilai cukup dekat dan memfasilitasi penduduk disana.

Pada Malaysia, citera produk sangat berpengaruh terhadap sikap orang banyak. Orang yang etnosentrismenya tinggi akan menolak produk yang berasal dari luar, suku melayu akan lebih memilih prouk dari malaysiakarena factor persamaan culture yang dinilai jelas kualitas dan rasanya dibanding produk Amerika yang belum jelas komposisinya, tetapi orang yang rasional lebih memilih produk dari Amerika karena mereka berfikir bahwa Amerika adalah Negara maju.
Materi dari Ramadania telah selesai di bahas dilanjutkan oleh pemateri berikutnya yang membawakan tema yang berbeda,setelah semua pemateri selesai membacakan materinya acara selanjutnya pun dilanjutkan dengan Tanya jawab, liputan kali ini pun kami sudahi sampai disini dan memutuskan untuk keluar dari ruangan seminar, demikianlah hasil liputan tentang Festival Budaya Melayu dan Seminar Internasional Melayu Gemilang yang telah beberapa hari ini saya ikuti.

2 komentar: